Tuesday, November 26, 2019

Menguji Kesucian Lina Keponakanku

Menguji Kesucian Lina Keponakanku

Bersama saudara sendiri selalu saja menarik untuk diulas. Cerita Sex dengan kategori sedarah yang ingin aku ceritakan di website ini aku alami beberapa waktu lalu. Jadi ceritanya adalah begini, kalau pulang ke rumah setelah kerja, aku suka melepaskan semua pakaian kerjaku setelah masuk pintu, lalu berjalan-jalan di dalam rumah hanya memakai bra dan celana dalam.
Setelah itu, biasanya aku akan mandi tanpa menutup pintu kamar mandi dan keluar kamar mandi setelah selesai dalam keadaan telanjang sambil mengeringkan rambut dengan handuk. Kalau tidak malas, aku akan memakai celana dalam dan bra atau gaun malam saja tanpa celana dalam dan bra.
Tapi kalau malas, aku akan membiarkan tubuhku telanjang, lalu aku akan mulai makan, nonton TV ataupun bersantai. Aku juga suka tidur dengan pakaian yang sexy dan minim. Pernah aku tidur tanpa memakai pakaian sama sekali.


Dua bulan yang lalu, aku kedatangan tamu dari Semarang. Tamu itu adalah keponakanku sendiri. Umurnya baru 17 tahun, dia anak dari kakak laki-lakiku yang paling bungsu. Dia datang di saat liburan sekolahnya. Aku sangat gembira menyambutnya.
Dia kusuruh tinggal di kamar sebelah kamar tidurku. Hari-hari awal semuanya berjalan seperti normal, tetapi satu minggu kemudian, ada yang sedikit aneh. Pakaian dalamku sering kutemukan tidak pada tempat dan urutannya. Kadang-kadang sedikit tidak rapi.
Ada timbul kecurigaan kalau keponakanku itu memainkan pakaian dalamku, sebab kalau tidak siapa lagi. Kadang-kadang ada pakaian dalamku yang hilang lalu besoknya ditemukan kembali ditempatnya semula. Aku mulai merasa kalau keponakanku memiliki obsesi seks tentang aku.
Suatu malam aku memutuskan untuk menguji keponakanku. Selesai mandi, aku segera mengambil celana dalam g-string warna merah dengan renda-renda yang sexy dan kukenakan. Setelah itu, aku memilih sebuah gaun malam berwarna pink dengan bahan satin.
Gaun malam itu semi transparan, jadi tidak akan transparan bila dilihat dari dekat, tetapi akan menampakkan lekuk tubuhku bila ada latar cahayanya. Panjang gaun malam itu hanya 10 cm dari selangkanganku.
Di bagian pundak hanya ada 2 tali tipis untuk menggantung gaun malam itu ke tubuhku. Bila kedua tali itu diturunkan dari pundakku, dijamin gaun malamku akan meluncur ke bawah dan menampakan tubuhku yang telanjang tanpa halangan.
Setelah itu, aku keluar ke ruang keluarga tempatku menonton TV dan segera duduk menonton TV. Mula-mula aku berusaha duduk dengan sopan dan berusaha menutupi selangkanganku dengan lipatan kakiku.
Tak lama kemudian, keponakanku keluar dari kamarnya dan duduk di sebelahku. Sepanjang malam itu, kami berbincang-bincang sambil menonton TV, tetapi aku tahu kalau dia diam-diam mencuri lihat tubuhku lewat sudut mataku.
Kadang-kadang aku menundukan badanku ke arah meja di depan seolah-olah menjangkau sesuatu yang akhirnya mempermudah dia melihat payudaraku lewat leher bajuku yang longgar. Tak lama kemudian, aku mencoba lebih berani lagi.
Aku mengubah posisi tempat dudukku sehingga kali ini pakaian tidurku bagian belakang tersingkap dan memperlihatkan pantat dan tali g-string di pinggangku. Dari ujung mataku aku bisa melihat kalau keponakanku melihat bagian itu terus. Anehnya, aku mulai merasa terangsang. Mungkin ini akibat dari masa mudaku sebagai seorang eksibisionis.

Sejenak kemudian aku pergi ke kamar kecil. Sengaja pintu kamar mandi tidak kututup sampai rapat, tetapi menyisakan sedikit celah. Dari pantulan tegel dinding, aku melihat bayangan keponakanku muncul di celah pintu dan mengintipku, walaupun saat itu aku membelakangi pintu.
Setelah itu, aku menundukan kepalaku, pura-pura konsentrasi pada g-stringku agar dia tidak kaget. Kemudian aku membalikkan badanku, mengangkat gaun malamku dan menurunkan celana dalamku di depan matanya. Aku tidak tahu bagaimana rasa seorang lelaki melihat hal ini, tetapi dari banyak yang kudengar, sebetulnya lelaki paling menyukai saat ini yaitu pada saat perempuan mulai membuka pakaiannya.
Dengan tetap menunduk, aku berjongkok dan menyemburkan air kencingku. Aku yakin dengan posisi seperti ini, keponakanku ini akan sangat menikmati pemandangan vaginaku yang mengeluarkan air kencing. Ini juga salah satu yang kudengar bahwa lelaki suka melihat perempuan kencing.
Setelah kencingku selesai aku kembali berdiri, membetulkan g-stringku lalu kuturunkan gaun tidurku. Setelah itu, aku membalikan badanku lagi sambil membetulkan g-stringku bagian belakang. Sebetulnya aku memberikan kesempatan kepada keponakanku untuk pergi tapa terlihat aku. DAFTAR FREECHIPS
Benar saja, lagi-lagi dari pantulan tegel dinding aku melihat bayangan keponakanku menjauh ke arah ruang keluarga. Setelah semua selesai, aku kembali ke ruang keluarga dan berlagak seolah-olah tidak ada apa-apa.
Saat aku berjalan ke arah sofa, aku melihat kalau muka keponakanku merah, Dalam hatiku aku tertawa karena teringat masa laluku sebagai eksebisionis. Waktu itu, semua laki-laki yang memandangku saat aku sedang ?Beraksi? juga memperlihatkan reaksi yang sama. Untuk menghilangkan rasa gugupnya, aku melemparkan senyum kepadanya, dan dibalas dengan senyum yang kikuk.
Setelah itu, aku kembali duduk di sofa dengan posisi yang lebih sopan dan melanjutkan acara nonton TV dan bincang-bincang kami. Tak lama kemudian, aku memutuskan untuk tidur, karena saat itu jam 11.30.
Saat di dalam kamar, aku membaringkan tubuhku di tempat tidur. Gaun malamku yang tersingkap saat aku naik ke tempat tidur kubiarkan saja sehingga memperlihatkan g-string yang kupakai.
Tali gaun tidurku sebelah kiri merosot ke siku tangan juga tidak kuperbaiki sehingga puting payudaraku sebelah kiri nongol sedikit. Aku mulai menikmati kalau diintip oleh keponakanku di kamar mandi tadi. Mulai besok aku merencanakan sesuatu yang lebih enak lagi.
Keesokan harinya adalah hari Minggu, jadi besoknya aku bangun dengan posisi pakaian yang tidak karuan. Setelah membetulkan tali bahu gaun malamku, aku keluar kamar. Di luar kamar, aku bertemu dengan keponakanku yang sudah bangun. DAFTAR FREEBET > KLIK
Dia sedang menonton acara TV pagi. Aku menyapanya dan segera di balas dengan sapaannya juga. Setelah itu, aku mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi. Lagi-lagi pintu kamar mandi tidak kututup rapat.
Sepertu dugaanku keponakanku kembali mengintipku . aku kemudian membuka gaun malamku sehingga aku hanya mengenakan g-string, gaunku itu kuletakkan di tempat cucian. setelah itu dengan hanya memakai g-string. aku berdiri di depan wastafel dan menggosok gigiku.
Saat menggosok gigi payudaraku bergoyang - goyang karena gerakan tangaku yang menyikat gigi. Keponakanku pasti melihatnya dengan jelas karena aku sudah mengatur posisi tubuhku agar dia dapat menikmati pemandangan ini. setelah selesai aku kemudian membuka g-stringku sementara g-stringku masih kupegang di tangan. aku kemudian kencing sambil berdiri. air seniku kuarahkan ke lantai setelah itu aku siram dan aku masuk ke tempat shower.
Tempat shower itu sengaja tidak kututup juga. aku kemudian mandi seperti biasa tetapi saat menyabuni badan aku menyabuni dengan perlahan-lahan mengeringkan badan dan rambut, lalu melilitkan handuk di tubuhku sekilas aku melihat dari pantulan tegel dinding kalau keponakanku sudah pergi. aku kemudian keluar dari kamar mandi.
Saat keluar aku melihat kepnakanku duduk di depan TV sambil menikmati acara TV. aku tahu sebetulnya dia hanya berpura - pura muka nya merah seperti kemarin sewaktu habis menginripku kencing. aku kemudian masuk kamar tidurku.
Pintu kamar tidurku kali ini tidak kututup rapat pula dengan harapan keponakanku akan mengintip baju lewat pantulan cermin di lemari pakaianku aku melihat kalau bayangan keponakanku ada di depan pintu dia mengintiku lagi.
Aku tidak menyia-nyiakan kesempatan ini kubuka lilitan handukku sehingga aku telanjang bulat. setelah itu dengan handuk itu aku terus mengeringkan rambutku yang basah sementara aku terus menuju ke meja rias.
Di meja rias, aku mengambil blower dan dengan blower itu, aku mengeringkan rambutku. Setelah kering, aku menuju ke lemari kemudian mengambil celana transparan yang berwarna putih. Setelah memakainya, aku kemudian mengambil sebuah strapless bra warna putih (bra yang tali bahunya bisa di lepas, tetapi kali ini aku tidak melepasnya) dengan kawat penyangga payudara di bagian bawah cupnya dan memakainya pula.
Kemudian aku mengambil jubah pendek dari bahan satin berwarna putih dan kupakai. Setelah menalikan tali jubah itu ke pinggangku aku merapikan rambutku lagi sebelum keluar. Dari pantulan cermin aku melihat kalau bayangan keponakanku sudah tidak ada.
Setelah itu, aku keluar kamar dan menyiapkan makan pagi untuk kami berdua. Keponakanku saat itu sudah di kamar mandi untuk mandi. Perkiraanku, di kamar mandi dia tidak cuma sekedar mandi, tetapi pasti memakai gaun malam dan g-stringku sambil mastubasi membayangkan badanku.
Aku tertawa dengan geli karena merasa berhasil merangsang keponakanku. Saat membayangkan rasanya diintip saat mandi dan ganti baju, cairan kewanitaanku terasa mengalir di sela-sela vaginaku. Aku sendiri betul-betul terangsang.
Saat makan pagi siap dan keponakanku selesai mandi, aku menyuruhnya makan bersama. Saat makan, jubah satin yang kupakai melonggar di bagian leher, tetapi aku pura-pura tidak tahu. Aku tahu kalau keponakanku memperhatikan bra yang terlihat akibat bagian leher yang terus melonggar.
Setelah makan selesai, aku membereskan piring sementara keponakanku duduk di sofa membaca buku. Setelah aku merasa semua sudah beres, aku kemudian mengajaknya untuk jalan-jalan menikmati liburannya.
Sejak hari itu, aku selalu bermain kucing-kucingan dengan keponakanku. Kubiarkan dirinya mengintipku saat mandi, kencing atau ganti baju. Aku juga membiarkannya mencuri dan memakai pakaian dalamku sepanjang dia mengembalikannya baik ke lemariku maupun ke tempat cucian.
Aku pura-pura tidak tahu kalau dia melakukan semua itu. Hanya saat aku melakukan masturbasi saja yang tidak kubiarkan dia mengintip. Lagi pula biasanya aku melakukan masturbasi di malam hari saat hendak tidur.
Sebetulnya ini karena aku malu menunjukkan kepadanya kalau aku sedang terangsang. Aku sangat menikmati situasi ini sampai saat dia harus pulang kembali ke Semarang, aku mengatakan kepadanya kalau aku sangat menyukai perhatiannya.
Maksudku adalah aku suka diintip olehnya. Entah dia mengerti maksudku atau tidak, tetapi dia juga mengatakan kalau dia sangat menikmati liburan ini. Aku berharap untuk liburan selanjutnya, keponakanku mau datang lagi agar aku bisa menunjukan tubuhku lagi kepadanya.
Pengalaman ini sungguh indah dan menyegarkan masa laluku. Kalau ada kesempatan, aku akan berusaha untuk mengulanginya lagi hanya saja aku sekarang lebih suka diintip. AgenBolaTeraman

Monday, November 25, 2019

Bercinta Dengan Gadis SD

Bercinta Dengan Gadis SD

Aku tinggal di sebuah gudang tua yang sudah tidak terpakai lagi. Lumayan bisa dapat tempat tinggal gratis, malah mendapat honor dari pemilik gudang. Aku menempati ruang bekas kantor gudang yang letaknya dilantai 2.

Dari kamarku aku bisa melihat seluruh bagian gudang.

Sambil menunggui gudang aku mengikuti kuliah di sebuah perguruan tinggi swasta.. Umurku sekarang 20 tahun.

Meski aku tidak kaya tetapi dianugerahi badan yang bagus dengan tinggi 175 dan wajah yang tidak terlalu jelek.

Gudang yang kujaga sering digunakan anak-anak di kampung belakang untuk arena bermain. Sepulang sekolah mereka selalu bermain di lantai gudang yang luas.

Aku memperbolehkan saja mereka disitu bermain, itung-itung untuk menemaniku, jika kebetulan hari itu tidak ada kuliah. Aku mensyaratkan mereka sebagai imbalan bermain di gudang adalah membantu menyapu lantai gudang agar tetap dalam keadaan bersih.

Ada sekitar 10 anak yang selalu bermain di gudangku, mereka umumnya cewek-cewek kecil dan tanggung. Kalau pun ada laki-laki adalah adik-adik mereka yang masih kecil. Kelihatannya anak laki-laki kurang suka main bercampur cewek di gudang itu. Mereka memilih main sepeda dan bola di lapangan yang tidak jauh di belakang gudang.

Dari sekian anak yang sering main ke gudangku adalah Leni yang kelihatannya genit. Wajahnya manis rambutnya lebat hitam lurus. Dia selalu mencari perhatianku. Lagaknya seperti cewek dewasa yang menebar pesona ke aku.

Suatu kali aku sedang santai di kamarku menonton TV dia tiba-tiba muncul di depan pintu. ?Kak, Leni dan Ami boleh gak main ke kamar kakak ikut nonton TV,? katanya.

Aku mempersilakan mereka masuk. Di kamarku memang ada TV kecil dan di depannya ada selembar tikar. Keduanya duduk di tikar sementara aku tiduran di dipan beralaskan kasur.

Kedua mereka ini bersahabat, cantik dan keturunan Tionghoa, tetapi jarang di rumah karena kedua orang tuanya sibuk berbisnis.

Kedua orang tua mereka seharian menunggui tokonya di Mangga Dua dan Glodok. Biasanya mereka pulang sekolah selalu istirahat di toko tempat ibunya berjualan. Namun sejak mengenal tampat permainan di gudangku, mereka beralasan lebih suka pulang ke rumah. Sebenarnya mereka tidak dirumah, karena hanya berganti baju sekolah sebentar lalu main ke tempatku.

Sejak saat itu mereka sering main dikamarku. Mereka sudah menganggap kamarku sebagai rumah kedua mereka. Kami sering main kartu, main monopoli dan kadang-kadang menonton DVD. Aku tentunya menjaga koleksi DVDku yang porno dari jangkauan mereka.

Suatu hari badanku terasa lelah sekali, aku berpikir kalau aku telungkup di injak-injak mereka berdua rasanya pasti nikmat. Ketika mereka kuminta, sama sekali tidak ada keberatan, malah keduanya senang. Memang nikmat sekali diinjak-injak begini oleh dua gadis kecil.

Beratnya belum terasa menyakitkan, malah mungkin kurang berat, tetapi lumayanlah untuk menghilangkan pegal-pegal.

Acara menginjak-injak badanku jadi kegiatan rutin, malah kadang-kadang mereka sendiri yang berinisiatif menginjak-injak badanku.

Suatu hari mereka bawa DVD .

DVD itu tidak ada bungkusnya, tetapi ketika diputar, ternyata itu adalah film porno. Aku buru-buru mematikannya. Mereka kuingatkan masih terlalu kecil menonton adegan orang dewasa seperti ini. Tapi keduanya merengek-rengek minta diputarkan, karena mereka hanya boleh pinjam sehari dari teman sekolahnya.

Aku tidak bisa bertahan dan terpaksa kuputar kembali DVD bawaan mereka. Adegannya cukup vulgar dari pemain barat. Pemainnya memang cantik dan gagah dengan kemaluan yang besar. Keduanya asyik mengikuti gambar yang ditayangkan. Aku mengingatkan bahwa anak kecil belum pantas nonton yang begituan. ? Emang kenapa,? tanya Ami.

? Lha nanti kalau terpengaruh gimana, kalian kan masih kecil,? kataku.

?Ah biasa aja kok, ? kata Leni.

? Kita kan ingin tau juga permainan orang gede, bosan nonton film anak-anak terus,? tambah Leni.

?Ya udah kalau kalian nanti kepengen, oom gak tanggung jawab,? kataku.

? Kepengen apaan,? tanya Ami.

?Ya kepengen yang kayak di film itu,? kataku.

?Ah gampang kan ada yang ngajarin,? kata Leni.

?Hah siapa yang ngajarin,? tanyaku keheranan.

?Ya kakak lah,? kata keduanya serempak dengan enteng.

Kedua gadis kecil ini sudah gila pikirku, masak dia berani menantangku.

Setelah film pertama itu, mereka kemudian berkali-kali membawa film sejenis ke kamarku.

Sungguh mati jiwa mudaku bergelora juga menonton adegan-adegan syur itu. Tapi masak kulampiaskan ke gadis kecil gini. Badannya saja masih kecil dan kurus. Teteknya belum ada. Mereka kelas 5 SD, kutaksir masih berumur 11 tahun lebih sedikit.

?Kak ajari kita ciuman dong,? kata Leni yang disambung Ami dengan kata ? Iya dong.?

Buset dah anak sekecil ini udah berani minta yang beginian. Diam-diam mereka sudah punya rencana terhadapku rupanya.

?Emang untuk apa belajar yang gituan, ? tanya ku.

? Kita kan pengen tau rasanya ciuman, kayaknya di film itu kok enak sih,? kata Ami.

?Bener nih,? kataku ingin meyakinkan permintaan mereka.

?Iya suer, ajari dong,? kata Leni.

?Nanti kalau orang tua kalian tau, habis deh gua, ? kataku.

? Ah kita yang gak bilang ke mama papa dong, suer deh kak, ajari ya,? kata Ami.

?Bener ya jangan bilang ke sapa-sapa ya kalau kakak ngajari kalian ciuman, nanti kalau orang tua kalian tau kakak bisa berabe,? kataku.

?Iya deh janji,? kata mereka serentak.

?Gini deh sebelum belajar kita gosok gigi dulu biar mulut kita baunya enak,? kataku.

Mereka lalu kusuruh menggunakan sikat gigi yang baru ku beli untuk membersihkan mulutnya. Setelah itu aku juga menyikat gigiku.

Rasa mulutku sudah segar.

?Siapa yang duluan,? tanyaku.

Leni maju dengan wajah malu-malu. Leni kupangku, lalu kuciumi pipi, kening rambut dan selanjutnya aku mencium mulutnya . Mulut Leni masih kaku sehingga masih terus terkatup.Dengan lidahku ku buka mulutnya dan lalu aku menciumnya dengan mesra. Nafas Leni terengah-engah. Mungkin dia susah bernafas ketika mulutnya kucium,atau karena dia bernafsu sehingga nafasnya memburu. Sekitar 5 menit aku menuntaskan mencium Leni. Selanjutnya giliran Ami.

?Gimana rasanya,? tanyaku.

?Enak juga kok,? kata Leni.

Leni dan Ami kubopong berbaring di kasurku aku lalu menindih keduanya dan kembali menciumi mereka. Tanganku tidak tinggal diam, tetapi merabai kedua dada mereka. Terasa ada daging yang menyembul sedikit di dadanya. Mereka ternyata sudah mulai tumbuh teteknya. Tetapi karena selama ini pakai baju tebal sehingga tidak tampak bahwa teteknya sudah mulai tumbuh..

Tidak puas merabai kedua teteknya tanganku satu persatu ke kedua cewek ini menelusup ke bawah kausnya . Mereka masih dilapisi lagi oleh kaus singlet tipis. Tanganku berhasil merabai tetek kecil keduanya. Aku lalu duduk diantara keduanya dan tanganku menarik kaus dalam mereka. ? Kakak mau ngapain, ? kata Leni.

? Tenang aja, katanya kalian mau diajari. ? kataku.

Tangan Leni yang tadinya menahan agar kausnya tidak di singkap akhirnya membolehkan tanganku menelusup ke bawah kaus kutangnya. Terasa lembut dan kenyal kedua tetek mereka. Ami terasa lebih gemuk dibanding Leni, tetapi keduanya masih kecil pentilnya. Mereka kuminta duduk dan satu persatu aku bukai bagian atas pakaian mereka, sehingga keduanya telanjang dada. Ami dan Leni langsung otomatis menutup kedua teteknya dengan kedua tangan mereka. Mereka aku rebahkan lagi dan kini aku menciumi dada mereka yang baru tumbuh.Meski pentilnya masih kecil, tetapi sudah bereaksi atas rangsangan lidahku. Terasa ujung pentilnya mengeras kaku.

?Gimana rasanya,? tanyaku.

?Geli-geli gimana, gitu,? kata Ami.

Sambil kuciumi kedua tetek mereka sembari menjilat-jilat mereka mulai melenguh. Kesempatan birahi mereka mulai bangkit, tanganku langsung membekap selangkangan keduanya. Mereka tidak bereaksi ketika tanganku meremas-remas selangkangan mereka.

Merasa mereka tidak ada penolakan, pelan pelan tanganku menelusup ke dalam langsung ke celana dalam . Pertama tangan aku telusupkan ke memek Leni. Tangan Leni otomatis seperti mencegah tanganku mencapai memeknya, tetapi dia tidak bersungguh-sungguh menahan tanganku, karena ketika jari tengahku menemukan kelentitnya Leni langsung bergelinjang. Tanganku yang satunya giliran menelusup ke dalam celana dalam Ami. Dia tidak menyadari tanganku sudah mendekati memeknya, karena putingnya sedang aku rangsang dengan jilatan lidahku. Ketika ujung jariku menyentuh clitorisnya, tangannya berusaha menarik tanganku, tetapi dari tenaganya kuketahui dia tidak sungguh-sungguh.

Aku bangkit dan berbalik duduk ke arah kaki mereka diantara mereka yang sedang berbaring setengah telanjang. Tanganku kembali kususupkan dan menstimulasi kedua clitoris mereka. Keduanya bergelinjang gelinjang nikmat dan cairan mulai membasahi celah memeknya. Aku jadi penasaran bagaimana bentuk memek mereka. Dari rabaanku memek mereka masih gundul dan menggunduk. Satu persatu celana mereka aku pelroti. Mereka pasrah saja sambil menutup mata. Terpampanglah dua gundukan dengan masing-masing belahan yang masih rapat. Ketika satu persatu aku kuak, terlihat warna merah jambu di dalamnya dan ujung lipatan bibir dalam yang mencuat.

Kukatakan kepada mereka bahwa aku akan memberi kenikmatan yang tinggi, tetapi harus bergantian satu persatu. Mereka pasrah saja, aku memulai dengan mengoral memek Ami. Baunya memang rada-rada pesing karena dia belum sempat cebok. Tapi bagiku tidak masalah, karena birahiku sudah menyingkirkan rasa jijik. Ketika lidahku menyentuh clitoris Ami dia menggelinjang. Menurut dia rasanya geli, tapi enak juga. Aku terus menyerang kelentit Ami sampai dia melonjak-lonjak. Cukup lama juga dia baru bisa mencapai orgasmenya sekitar 15 menit. Memek Ami berkedut-kedut dan ada sedikit cairan meleleh diantara belahan memeknya.

Ami tak kuasa membuka matanya dia terbujur. Sementara itu Leni yang penasaran bertanya ke Ami, ? Gimana Mi sakit nggak,?

Ami hanya menjawab singkat, ? enaaaaaak banget,? katanya dengan mata tetap tertutup. Badannya kututup sarung. Sebelum Leni mendapat giliran dia kuminta mencuci dulu memeknya. Leni mengikuti anjuranku dan kembali langsung kusuruh berbaring dengan posisi mengangkang dan kaki ditekuk. Memeknya sama sekali tidak berbau dan berwarna merah di dalamnya. Aku segera menyerang clitorisnya. Leni terkejut dan melonjak ketika clitorisnya tersentuh lidahku. Reaksi Leni lebih rame, dia mengerang-erang sambil berucap, ? aduh?..aduuuuh enaaaak,,,,,,,?

Aku terus menyerang clitorisnya . dia juga cukup lama mencapai orgasmenya sama seperti Ami mungkin sekitar 15 menit dia akhirnya mencapai orgasme dan kedua kakinya menjepit kepalaku dan rambutku dijambak-jambaknya dan ditekan ke arah memeknya. Mulutku merasa permukaan lubang vaginanya berkedut-kedut seperti pria sedang menyemprotkan sperma. Daftar Disini > FREECHIPS 


Leni berkeringat dan tidur terbujur. Keduanya langsung tidur terlelap. Sementara itu aku ngaceng berat. Ketika mereka tidur aku menonton TV duduk di bawah. Lama-lama aku merasa ngantuk juga.

Aku terbangun ketika merasa celanaku ada yang membuka, Kuintip kedua anak kecil itu berusaha membuka celana ku. Dengan agak bersusah payah mereka membuka semua celanaku. Kontolku tentu tidak bisa tinggal diam, dia langsung tegang mengacung. Apa kira-kira yang akan dilakukan kedua anak ini, batinku.

Ami meremas-remas batangku, sementara Leni menekan-nekan bijiku. Remasan Leni terlalu keras sehingga aku tidak bisa terus berpura-pura tidur. ? Kalian ngapain sih, kok nelanjangi kakak,? tanyaku.

?Gak adil dong masak kita aja yang telanjang, kita kan pengen juga ngliat barangnya kakak,? kata Leni.

Aku kembali berbaring dan dengan santai tanpa basa-basi kusuruh mereka menciumi kontolku. Mulanya kata mereka ?jijik ah,?

?Gak adil dong memek kalian sudah kakak jilatin sampai kalian kelojotan, sekarang giliran kakak dong yang di senengi,? kataku.

Ami mulai menunduk menciumi ujung penisku lalu dijilati. Leni lebih fokus ke bijiku. Dia menciumi dan juga menjilati. ? Isep,? kataku.

Leni melahap kantong menyan sementara Ami melahap kepala kontolku. Aku seperti melayang kelangit ke tujuh merasakan nikmatnya hisapan mereka.

Tiba-tiba Ami bicara, ? Kak boleh gak kita nyoba kayak yang di film itu,?

? Yang mana,? tanyaku.

?Itu yang barangnya laki dimasukin ke barangnya cewek,? kata Leni menyambung.

?Ah kalian belum bisa karena masih kecil, barang kakak kan besar, memek kalian masih kecil mana muat,? kataku.

?Ala dicoba aja kan gak apa-apa,? kata Leni ngotot.

?Ya udah tapi kalau sakit, kakak gak tanggung ya,? kataku.

Leni naik ke atas tubuhku di pegangnya penisku lalu diarahkannya ke lubang memeknya. Dia berusaha berkali-kali, tetapi selalu meleset.

? Kok susah banget ya, di filim keliatannya gampang, ?kata Leni.

? Sini coba gua,? kata Ami.

Sebelum Ami mencoba, aku menyuruh mereka melumasi kepala penisku dengan body lotion biar licin. Ami mengambil body lotion dan melumuri seluruh kontolku sampai licin. Dia lalu ngangkang dan mengarahkan penisku ke lubang memeknya yang masih kecil. Kepala penisku terasa tepat berada di lubang memeknya.

Ami menekan badannya kebawah sambil meringis. ? Sakit ya, tapi di film kok enak keliatannya,?

?Masak sih coba sekarang gua kata Leni mengambil alih posisi.

Leni pun merasa memeknya sakit ketika kepala penisku masuk ke belahan memeknya.

Sementara penisku dijadikan eksprimen, kepalaku sudah nyut-nyutan karena nafsu sudah diubun-ubun.

? Sekarang coba kakak yang masukin,? kataku sambil memerintahkan mereka berbaring.

Ami kukangkangkan dan kakinya kutekuk. Kepala penisku aku arahkan ke lubang kecil memeknya dan pelan-pelan kutekan. Kepala penisku bisa masuk, tapi masih terlalu ketat lubangnya. Aku tarik lagi sedikit lalu ku dorong. Begitu berkali-kali sampai penisku bisa masuk sekitar 5 cm. Terasa di dalam ada yang menghalangi. Aku berhenti tidak memaksa memecahkan selaput perawannya, karena khawatir mereka akan terluka.

Giliran Leni juga begitu, kepala kontolku bisa masuk, tapi juga mentok di selaput perawannya. Aku mengocoknya pelan-pelan sampai akahirnya aku mencapai orgasme dan kutarik keluar kontolku sebelum menyembur. Spermaku aku tampung di telapak tanganku sendiri.

? Ih apaan itu kak, kok kentel-kentel kayak lem,? kata Ami.

Kujelaskan bahwa itulah sperma laki-laki yang bisa membuat cewek bunting kalau masuk kedalam memek.

Mereka merasa ngeri. Namun setelah kujelaskan bahwa mereka belum bisa bunting sebelum mereka mendapat mensturasi. Jadi seandainya spermaku masuk ke dalam memek mereka, tetap aman . akhirnya mereka mengerti.

?Gimana rasanya disodok ****** kakak,? tanyaku.

?Sakit sih tapi rasanya penasaran aja gitu,? kata Amy.

Ya udah lain kali kita coba lagi, kalau dicoba berkali-kali baru tidak sakit, dan akhirnya enak.

? Emang enaknya kayak apa sih,? kata Leni.

?Ya lebih enak dari yang kalian rasakan ketika kakak jilatin memek kalian tadi.?

? Ah masak sih ada yang lebih enak dari yang tadi itu, rasanya jadi kepengen deh,? kata Ami.

? Ya besok-besoklah kalau kalian sudah tidak sakit lagi, sekarang bekasnya masih sakit,? tanyaku.

?Iya dikit,? kata Leni.

? Coba kalian jalan, sakit nggak,? pintaku.

Leni dan Ami mondar mandir dikamarku. Kelihatannya jalannya tidak aneh, jadi aku tidak perlu khawatir ketahuan orang tuanya bahwa memek mereka sudah aku sodok.

Dua atau tiga hari kemudian mereka datang lagi.

? Kak kita kepengen enak yang kayak hari itu dong,? kata mereka berdua.

?Emangnya memek kalian sudah gak sakit lagi,? tanyaku.

?Udah enggak kok,? kata Leni..

Gila emang dua cewek ini, sex maniak atau apa sih, batinku.

?Ya udah sana ke kamar mandi bersih-bersih sekalian gosok gigi,? kataku.

Mereka kembali mendatangiku setelah dari kamar mandi.

?Sekarang kakak menggarapnya satu-satu, siapa mau duluan,? tanyaku.

Leni maju. Aku duduk di dipanku dn Leni kupangku. Aku mulai melakukan foreplay dan menciuminya. Selanjutnya bajunya kubuka satu persatu. Teteknya aku kemot kiri dan kanan lalu celananya ku pelorotkan. Gila juga Leni tidak pakai celana dalam. Anak ini udah siap banget keliatannya.

Aku kangkangkan kaki Leni dan aku mulai mengoralnya. Leni menggelinjang-gelinjang sambil terus melenguh melampiaskan kenikmatan yang diarasakan. Kali ini dia lebih cepat mencapai orgasme. Belum 10 menit, kakinya sudah menjepit kepalaku dan memeknya berkedut-kedut.

Ami yang mendapat giliran berikutnya sudah siap. Dia hanya mengenakan celana dalam dan berkaus kutang. Ami aku pangku dan mulai melancarkan foreplay. Pertama dengan ciuman berikutnya membuka kausnya dan menghisap kedua putting susunya. Selanjutnya kupelorotkan celana dalamnya dan aku segera menyerbu memeknya dengan oral. Ami menggelinjang liar sehingga aku harus menahan badannya agar jilatanku tidak kepeleset ke mana-mana.

Ami rupanya juga melenguh-lenguh keras melampiaskan rasa nikmatnya. Dia juga cepat mencapai orgasme.

Aku selanjutnya membuka baju dan celanaku lalu berusaha menyodokkan kontolku ke memek Ami yang kecil dan gundul. Dengan bantuan body lotion kali ini kepala kontolku lebih mudah masuk. Aku mengocoknya pelan sampai Ami tidak merasa sakit karena memeknya disumpal kontolku. Pada garis terakhir dimana terdapat portal perawan, aku bertahan pada posisi mentok. Aku mengejan mengeraskan tegangan penisku.

Ami meringis katanya agak sakit. Ku kendorkan lagi lalu kutegangkan kembali. Begitu berkali-kali, sampai Ami terbiasa oleh ritmenya. Seterusnya sambil ku tekan sedikit, aku lalu menegangkan penisku. Terasa seperti bunyi kreek. Amy menjerit. Aku mengendorkan lagi. Dan istirahat sebentar. Setelah dia mengusai dirinya dan tidak terlalu merasa sakit aku mulai lagi dengan menegangkan penisku.

Rasanya sih ada kemajuan. Ketika kudorong sedikit kontolku bisa maju sedikit. Aku terus menengangkan dan melemaskan sambil terus sedikit mendorong sampai akhirnya terasa separuh penisku sudah terbenam di memek Ami. Aku mencoba menarik dan mendorong penisku pelan-pelan. Ami meringis, katanya agak perih. Aku minta dia menahannya sebentar, karena lubang memeknya belum terbuka seluruhnya. Setelah gerakan maju mundur berlangsung 10 kali, rasa sakit dan perih yang dirasakan Ami agak berkurang. Aku mencoba lagi mendorong pelan-pelan lebih jauh. Penisku bisa masuk terus pelan-pelan sampai akhirnya tenggelam seluruhnya.

Terasa liang vagina ami hangat dan ketat sekali. Aku mulai melakukan gerakan bersetubuh secara normal namun dengan gerakan hati-hati. Ami masih merasakan sakit, tetapi tidak terlalu mengganggu karena lubang vaginanya sudah licin. Ketatnya cengkeraman memek Amy membuat aku tidak mampu bertahan sehingga kusemprotkan sepermaku di dalam memeknya. ? Apaan kak kok anget-anget,? kata Ami.

?Spermaku keluar di dalam,? kataku

Ketika kucabut pelan-pelan setelah penisku agak mengendor, terlihat ada sedikit darah. Di permukaan lubang memek Ami mengalir spermaku bercampur juga dengan sedikti darah.

Aku segera melapisi bawah pantatnya dengan handuk kecil agar tidak meleleh ke tempat tidurku. Lalu kulapkan lelehan mani dari memek Ami sampai bersih. Dia kuminta istirahat dulu sebentar.

Ami tertidur sekitar 15 menit. Ketika bangun dia merasakan memeknya agak perih. Aku agak khawatir juga apakah dia bisa jalan dengan memek yang luka itu. Ketika dia jalan ke kamar mandi kelihatannya jalannya normal.

? Gimana Mi rasanya,? tanya Leni penuh selidik.

? Sakit sih tapi enak juga kok rasanya di dalam ngeganjal, coba deh lu pasti keenakan, ? kata Ami.

Leni kubopong lalu aku pangku . Aku mulai mencumbuinya dengan penuh perasaan. Leni membalasnya dengan kepasrahan. Nafas Leni mulai memburu ketika lehernya aku ciumi. Leni kubaringkan di sebelah Ami lalu kuciumi kedua susunya yang kecil. Aku agak gemas juga melihat setumpuk daging kecil di dada Leni, tetapi kalau aku remas terlalu kuat dia mengeluh rasanya sakit.

Aku mempersiapkan diri untuk ronde kedua ku. Tugasku kali ini adalah menjebol keperawanan Leni. Seluruh penisku aku lumuri body lotion, demikian juga permukan memek Leni. Kakinya kukangkangkan dan kulipat keatas. Lubang memeknya menganga berwarna merah. Terlihat sedikit celah dan lipatan bibir dalam yang mencuat keluar di bagian atasnya. Sambil bersimpuh kuarahkan kepala penisku ke lubang memek Leni secara hati-hati. Setelah terasa pas aku dorong pelan-pelan agar melesat ke dalam. Leni meringis sakit. Kepala kontolku berhasil dibenamkan.

Kucabut lagi sedikit lalu kudorong. Bagitu berulang kali sampai lubang depan memeknya terasa melonggar. Aku menekan lagi perlahan-lahan sampai akhirnya terhenti oleh rintangan selaput keperawanan Leni. Aku mengubah posisiku menindih Leni dan badanku bertopang pada kedua siku. Aku melakukan gerakan maju mundur sedikit demi sedikit, sampai rasanya agak leluasa dan akhirnya terhenti di rintangan itu. Seperti teknik menjebol keperawanan Ami, aku mengeraskan penisku sambil agak menekan. Leni meringis lagi. Kukendorkan lalu kukencangkan sambil sedikit tekanan ke dalam. Saat kutegangkan terasa kepala penisku menembus sesuatu.

Aku terus menekan pelan sambil terus menengangkan dan melemaskan. Penisku yang menegang seolah-olah membuka jalan di dalam liang vagina Leni. Aku merasa penisku maju sedikit demi sedikit ke dalam liangnya. Leni kelihatannya tidak merasa sesakit Ami. Aku pun tidak merasa menembus selaput. Perlahan-lahan dalam waktu cukup lama sekitar 10 menitan barulah akhirnya seluruh penisku terbenam. Ketika kutarik pelan Leni meringis. Aku melakukan gerakan maju mundur dengan ritme yang pelan sekali, sampaia terasa lubang vagina Leni terlumasi. Halangan terhadap gerakanku relatif tidak terlalu sulit, sehingga aku mulai bisa menggenjot dengan gerakan yang makin cepat. Leni masih meringis, ringis, tetapi nafasnya terus memburu. Aku mencoba memcah kosentrasi Leni terhadap rasa sakit di vaginanya dengan menciuminya secara ganas.

Karena pecah kosentrasinya Leni tidak merintih lagi dia malah memelukku erat sekali. Kadang-kadang pinggulnya bergoyang.

Mungkin karena ini ronde keduaku, maka orgasmeku terasa masih jauh. Aku merubah posisi dengan bersimpuh lalu pelan-pelan kutarik badan Leni yang kecil agar bangun merapat ke badanku. Setelah ia berada di posisi pangkuanku aku memutar dan menrunkan kedua kakiku ke bawah tempat tidur. Leni dalam posisi kupangku kuarahkan agar dia menggerakkan pinggulnya maju mundur. Rasanya penisku seperti diremas-remas vagina Leni.

Kakinya kuminta melingkar ke badanku, dan pelan-pelan aku bangkit dan posisi Leni seperti kugendong pinggulnya kupegangi dan kugerakkan maju mundur. Sensasi luar biasa, tetapi terus terang rasanya tidak nyaman dan lama-lama melelahkan juga. Aku kembali ke tempat tidur dan pelan=pelan sambil menjaga agar kontolku tidak terlepas aku berbaring dan Leni berada di atasku menindih. Dia kuajari melakukan gerakan naik turun. Gerakan naik turunnya tidak terkontrol sehingga penisku lepas. Ketika kusodokkan ke dalam memeknya relatif agak mudah masuk.

Untuk mengontrol gerakannya aku terpaksa menahan pantatnya agar tidak menarik terlalu jauh Leni merasa lelah pada posisi itu. Kulepas kontolku dari cengkeraman memek Leni. Dia kuatur pada posisi merangkak dan aku menghunjam penisku dari arah belakang. Penisku agak mudah masuk dan aku menggenjotnya . Kontras sekali besarnya kedua badan kami. Badanku yang besar berhadapan dengan cewek imut yang masih kecil. Aku terus menyodok memeknya sampai terasa agak lelah. Kami kembali keposisi misionaris dan aku berkonsentrasi menyetubuhi Leni.

Orgasmeku mulai meremang dan aku menggenjot makin cepat, sampai akhirnya muncrat juga spermaku ke dalam liang vagina Leni. Terasa sekali lelahnya badanku sehingga aku melepas penisku dari memek Leni dan langsung terkapar di tikar. Kulihat bekas sodokanku di memek Leni meinggalkan celah lubang yang cukup besar. Air maniku meleleh dari celah lubangnya berwarna agak kemerah-merahan. Spermaku bercampur dengan darah keperawanan Leni.

? Gimana Len, enak apa sakit,? tanya Ami.

? Enak juga kok, mulanya sih agak sakit, tapi lama-lama gak gitu kerasa,? kata Leni.

Kami mengakhiri sesi itu denganmandi bersama. Setelah segar, kami menonton TV dan tidak lama kemudian mereka pamit pulang. Aku memperhatikan jalannnya kedua gadis kecil itu, apakah terlihat agak aneh. Sebab kalau dia jalan sambil menahan rasa sakit, bisa bisa aku didamprat orang tua mereka berdua.

Seminggu lebih mereka berdua tidak muncul. Aku tentu saja khawatir, bahwa kedua orang tuanya tau bahwa anaknya dientot orang lalu dimarahi dan dihukum tidak boleh keluar rumah. Aku merasa tidak tenang, sehingga aku sering pulang ke gudang tuaku agak malam.

Namun dihari Minggu , pagi-pagi kedua anak itu sudah muncul dengan wajah cerianya. Ketika kutanya kenapa sudahlama nggak muncul. Ternyata jawaban mereka tidak seperti yang kukhawatirkan. Mereka malah minta bermain lagi seharian minggu ini. Keduanya sudah membawa bungkusan makanan untuk persediaan makan siang kami . Dengan demikian kami seharian bisa melakukan sex party sampai sore.

Aku hari itu melakukan sex maraton sampai 5 kali ejakulasi. Leni dan Ami pada persetubuhan kali ini mulai bisa mencapai orgasme. Mereka heboh sekali jika mencapai orgsmenya karena menjerit-jerit. Untung aku mengeraskan suara televisiku. Khawatir juga terdengar oleh anak-anak yang main di bawah sana.

Aku seterusnya seperti budak sex mereka berdua sampai mereka lulus SMP. Paling tidak seminggu dua kali mereka minta jatah. Ketika aku katakan, mengapa tidak pacaran saja. Menurut mereka , teman cowoknya pada culun-culun dan bego. Lagi pula mereka khawatir jika berhubungan badan dengan teman cowonya nanti diceritakan ke temen-temennya. Mereka merasa lebih safe melakukan denganku, karena kami bisa saling menjaga rahasia. AgenBolaTeraman

Sunday, November 24, 2019

Sex Budak Majikan Ku

Sex Budak Majikan Ku

Sebelumnya perkenalkan, aku adalah seorang pria yang sebut saja Reno dengan umur 28 tahun. Aku merupakan pria yang memiliki wajah lumayan ganteng dan tubuh yang kekar dengan tinggi 185 cm dan berat 81 kg. Tetapi pengalaman ini telah terjadi 3 tahun yang lalu saat aku masih berusia 25 tahun. Pengalaman yang aku alami sangat menyakitkan karena aku diperbudak oleh tiga orang nyonya yang haus sex sekaligus. Bukan hanya satu hari, dua hari atau tiga hari saja, tetapi dalam wakti satu minggu atau tujuh hari.

Cerita bermula ketika aku baru datang dari daerahku di daerah Sulawesi. Waktu aku datang, aku tidak memiliki pekerjaan yang pasti dan uang yang aku bawa hanya pas-pasan. Paling-paling uang tersebut hanya bisa untuk makan tiga hari saja. Aku memberanikan diri datang ke Jakarta karena kata temanku mendapat pekerjaan di Jakarta mudah asal mau melakukan apa saja semua bisa diatur.

Ketika hari sudah malam dan sepi, mungkin sekitar pukul 9 malam. Aku sudah tidak tahu mau kemana lagi. Tiba-tiba saja ada seorang wanita naik mobil Mercy menghampiri aku. Menanyakan keadaan aku, siapa namaku, dan asal aku. Dari penampilannya dia terlihat baik, anggun, cantik, sopan, dan sekitar berumur 36 tahun. Dia adalah Nyonya Lenny. Setelah sedikit kenal aku tahu bahwa dia seorang janda tanpa anak. Dia tinggal di daerah Pondok Indah. Dia adalah seorang Direktris dari sebuah Perusahaan Swasta terkenal di Jakarta.

Aku diperbolehkan tinggal di rumahnya. Dan aku bekerja sebagai supir pribadinya. Tanpa test apapun aku diterimanya bekerja. Untunglah kataku, karena aku sudah tidak memiliki apa-apa lagi termasuk uang. Di rumah Nyonya Lenny aku diberi makan dan pakaian yang layak. Sedangkan barang-barang yang aku bawa sudah dibuang seluruhnya atas perintah Nyonya Lenny. Karena ia suka pada kebersihan rumah dan seseorang. Ya aku tidak memikirkannya, karena semua sudah diberikan oleh Nyonya Lenny. Barang-barangku tidak penting, hanya sebuah baju, celana, dan celana dalam yang kupakai. Sedangkan yang kubawa tertinggal di Stasiun Kereta waktu aku datang. Aku merasa beruntung karena bertemu dengan Nyonya Lenny.

Aku sudah bekerja dengan Nyonya Hanna selama 2 bulan berjalan. Hari ini aku disuruhnya menjemput dua orang temannya di Bandara. Mereka datang dari daerah Bandung dan akan menginap kurang lebih selama satu mingguan di rumah Nyonya Lenny. Setelah aku mengantar Nyonya Lenny ke kantor, aku langsung menuju ke Bandara untuk menjemput kedua temannya. Aku tidak kesulitan menemukan mereka, karena aku sudah memiliki foto-foto mereka. Dari foto terlihat mereka seorang Nyonya-nyonya yang cantik dan muda. Yang satu bernama Lola dan yang satu bernama Lina.

Lalu mereka aku antar langsung ke tempat Nyonya Lenny di kantornya. Mereka banyak mengobrol dan melepas kangen mereka. Setelah diberitahu oleh Nyonya Lenny ternyata yang bernama Lina berumur 34 tahun dan bekerja sebagai Kapten pada sebuah kantor kepolisian. Lola adalah seorang waria yang bekerja pada sebuah salon kecantikan dan berumur 30 tahun tanpa operasi, jadi masih memiliki penis tetapi Nyonya Lola memiliki payudara, makanya dia disebut waria. Nyonya Lenny juga berpesan agar aku juga menuruti perintah kedua nyonya temannya itu, seperti aku mematuhi perintah Nyonya Lenny. Aku hanya bisa patuh dan tentunya mengiyakan.

Hari ini aku diberitahukan bahwa Nyonya Lenny harus dijemput pukul lima tepat. Sedangkan para karyawan lain pada hari ini dipulangkan lebih cepat pada pukul 3 sore. Mungkin sekitar pukul 4 sore sudah tidak ada karyawan lagi selain Nyonya Lenny dan kedua temannya, yaitu Nyonya Lina dan Nyonya Lola. Selama dua jam mereka berbincang-bincang serius dan sepertinya akan merencanakan sesuatu dalam jangka panjang. Tapi apa rencana mereka aku sendiri tidak tahu. Karena aku pikir itu bukanlah urusan aku. Itukan urusan para Bos-bos besar. Sedangkan aku hanya seorang supir.

Setelah pukul lima tepat aku sudah sampai di kantor Nyonya Lenny. Dari luar terlihat sepi, karena tidak ada satu mobil pun di luar. Hanya lampu di ruang kerja Nyonya Lenny saja yang masih menyala, sedangkan yang lainnya sudah dipadamkan. Lalu aku menuju ruang kerja Nyonya Lenny dan mengetuk pintu.

Lalu terdengar suara ?Silakan Masuk!!? kata Nyonya Lenny.

?Selamat Sore, Bu,? kataku menyapa Nyonya Lenny.

?Apa yang harus saya lakukan, Bu?? tanya aku kepadanya.

?Hari ini kamu harus patuh kepada kami? dengan nada suara yang sedikit membentak.

?Baik, Bu saya akan patuh kepada ibu?

Mendengar kataku mereka bertiga malah tertawa terbahak-bahak. Lalu Nyonya Hanna menyuruhku untuk menandatangani sebuah kertas yang aku sendiri tidak tahu apa isinya. Karena aku sedikit takut, aku langsung saja menandatangani surat tersebut secara langsung.

?Bagus sekali!!? katanya sambil mereka tertawa senang Ha.. Ha.. Ha..!!

Setelah aku menadatangani surat yang sah karena diatas materai, mereka menyuruhku untuk membaca surat yang baru saja aku tanda tangani tadi. Betapa terkejut dan kagetnya aku. Didalam surat tersebut menuliskan aku harus sanggup dan tanpa paksaan harus melayani keinginan dan kepuasan sex mereka berdua tanpa batas. Surat ini dibuat tanpa paksaan karena aku masih memiliki setumpuk hutang-hutang yang harus aku lunasi. Dalam surat itu juga menuliskan kalau aku seorang budak mereka yang harus patuh. Hatiku jadi menjerit tapi pasrah atas tindakan dan sikap mereka. Memang aku dalam bekerja dua bulan ini sudah meminjam beberapa kali kepada Nyonya Lenny untuk memeberikan uang kepada orangtuaku yang sakit dan untuk membiayai sekolah dua orang adikku.

?Nah, Sekarang kamu buka siapa-siapa lagi. Kamu adalah budak sex kami. Karena kamu punya banyak hutang,? kata Nyonya Lenny kepadaku.

?Iya, Bu? kataku pelan dan pasrah.

?Kau memang penurut. Lagi pula kalaupun kau tidak mau, apa yang bisa kau perbuat. Semua yang kau miliki sekarang adalah milikku. Kau tidak punya apa-apa lagi, termasuk baju dan celana kamu, bahkan celana dalam kamu pun milikku. Ha.. Ha.. Ha..!!? Mereka tertawa penuh kemenangan.

?Ya, Bu saya akan patuh pada perintah ibu.?

?BUKAN IBU!!? bentak Nyonya Lenny, ?Sekarang kamu harus memanggil kami dengan sebutan NYONYA?

?Kamu mengerti!!? bentak Nyonya Lenny Lagi.

?Baik, nyonya,? kataku pelan.


Permainan akan segera dimulai. Aku hanya pasrah. Walaupun aku memiliki tubuh yang kekar dan atletis aku tidak bisa berbuat apa-apa terhadap mereka. Karena aku takut dan harus patuh kepada mereka. Walaupun aku mau lapor ke polisi juga susah karena Nyonya Lina adalah Seorang Kapten Polisi yang terkenal Killer.

Permainan segera dimulai. Baik sekarang, ?Buka baju kemejamu!!? bentak Nyonya Lenny.

Aku segera membuka kancing kemeja yang aku kenakan. Mereka sangat menyukai tubuhku. Karena tubuhku atletis dan kekar. Dada dan perutku terawat dengan baik, apalagi aku juga dibiayai untuk fitness oleh Nyonya Lenny agar aku sehat dan bugar dalam menyetir. Setelah aku telanjang dada, lalu Nyonya Lenny menyuruhku untuk melepas sepatu dan kaos kaki yang aku kenakan dan jam tanganku juga aku lepaskan. Lalu Nyonya Lola yang waria menyuruhku untuk membuka celanaku. Tapi aku hanya diam saja dan tidak menghiraukannya. Tapi aku malah mendapat marah dari Nyonya Lenny dan dia melempar aku dengan sebuah spidol yang ada diatas mejanya.

?Kamu harus patuh pada temanku, Nyonya Lola,? bentak Nyonya Lenny.

?Sekarang lepas celana panjangmu!!?

?CEPAT!!? bentak Nyonya Lenny.

Melihat aku melepas celana panjangku, Nyonya Lola tertawa bahagia penuh kemenangan. Sekarang aku hanya mengenakan celana dalam saja yang berwarna putih. Mata mereka tertuju kearah tubuh dan penisku yang masih terbungkus dengan celana dalam yang masih kukenakan.

Lalu Nyonya Lina menghampiriku dan memelintir tanganku ke belakang. Lalu Nyonya Lina mengeluarkan borgolnya dan memborgol kedua tanganku ke belakang. Sedangkan Nyonya Lola mengambil gunting dan mengunting celana dalam yang aku kenakan. Sekarang aku sudah dalam keadaan polos tidak ada sehelai pun yang ada di tubuhku. Mereka puas dan tertawa melihat aku dalam keadaan bugil. Semua pakaianku disita oleh Nyonya Lenny dan dimasukkan dalam lemari besi pada ruangannya.

Lalu aku di dudukkan di kursi dalam keadaan tangan di borgol dan mata ditutup dengan sehelai kain. Aku tidak tahu apa yang akan mereka lakukan kepadaku. Tiba-tiba ada yang memegang penisku. Rupanya salah satu dari mereka sedang mencukur bulu kemaluanku. Kini bulu kemaluanku pun sudah bersih, kini aku tidak memiliki bulu lagi disekitar penis. Lalu penisku juga dicengkram dan dikocok-kocok dengan kuat.

Hampir saja aku keluar, tapi semua itu dapat kutahan sementara. Penisku kini sudah tegak, tegang, dan memerah. Lalu mereka mengikat penisku dimulai dari bola pelir. Mereka ikat secara terpisah dan diikat keduanya secara bersama dengan disatukan. Begitu juga dengan kepala penisku, mereka ikat dengan pengunakan bahan dari karet sehingga kepala penisku benar-benar terikat dengan kuat. Sehingga penisku tidak mau melemas. Selain itu mereka juga memberikan aku obat kuat berupa tiga butir yang harus aku minum. Mungkin hal itu yang membuat penis aku dapat tegang lama. Dan mereka mengatakan bahwa aku harus minum obat ini sehari dua kali sebanyak tiga butir.

Lalu mereka menjepit kedua puting susuku dan dihubungkan pada tali di kepala penisku. Aku benar-benar tidak berdaya dan pasrah karena tanganku masih diborgol dan mataku masih tertutup kain. Seketika mereka membuka tutup mataku dan juga borgolku. Lalu mereka menyuruhku bergaya dengan beberapa gaya. Aku pun menurut. Lalu kilatan lampu blitz memancar kearah aku. Mereka memotret aku dalam keadaan seperti itu. Mereka memotretku dengan kamere digital dan juga merekam dengan handycam.

Akupun diancam tidak boleh macam-macam, karena foto-foto bugil aku akan disebar jika aku bertindak macam-macam. Termasuk mereka juga akan menyerahkan fotoku kepada keluaragaku di kampung. Mendengar itu, aku semakin menuruti semua keinginan mereka. Kini aku duduk sambil berlutut, karena hanya seperti itu hak dan tempatku sekarang.

Sekarang aku dipakaikan kalung anjing lengkap dengan rantai pengiringnya. Selain itu mereka juga membungkam dan menutup mulutku alat penutup yang menyerupai bola, sehingga mulutku terbuka. Lalu aku disuruh merangkak layaknya seekor anjing. Setiap gerak-gerikku sudah terekam baik dalam foto maupun kamera. KlikDisini


Sekarang mereka membawa aku keluar kantor dengan menarik rantai pada leher aku. Aku berjalan di depan mereka, sesekali mereka menendang dan mencambuk pantatku dan pnggungku sewaktu aku berjalan lambat ataupun terlalu cepat. Kami berjalan menuju mobil yang sudah kuparkir. Keadaan kantor sudah sepi dan aman termasuk ruang parkir hanya ada mobil Nyonya Lenny saja. Karena satpam juga sudah diperbolehkan pulang sejak jam tiga tadi.

Sekarang jam menunjukkan pukul tujuh malam. Aku masuk kedalam mobil dan duduk dibelakang tapi tidak di kursi melainkan dilantai mobil. Mereka juga kembali memborgol dan menutup mataku. Nyonya Lina membuka penutup mulutku. Dalam keadaan itu aku disuruh untuk menjilati vagina Nyonya Lina. Aku menuruti kemauannya, aku jilati vaginanya dan Nyonya Lina memegangi kepalaku agar terus menjilati vaginanya. Aku terus-menerus menjilatinya vaginanya termasuk klitorusnya menjadi santapan aku waktu itu.

Semua itu terjadi sampai kira-kira lima belas menit dan Nyonya Lina terus menerus mendesah dan mengerang keenakan. Mobil Nyonya Lenny sudah dilengkapi dengan alat peredam suara sehingga suaranya tidak akan terdengar keluar. Tak lama kemuadian aku merasa ada cairan yang keluar dari vaginanya. Lalu Nyonya Lina Semakin Menekan kepalaku dan menuruhku untuk buka mulut dan meminum cairan yang keluar dari vaginanya. Terdengara suara decap-depap anatara vagina dan mulutku. Aku menjilati dan menelan semua cairan yang keluar dari vaginanya. Memang rasanya aneh dan asing bagiku. Ada rasa asin dan bercampur dengan rasa aneh bagiku. Tapi aku meminum dan menalan semuanya sampai habis. Nafas Nyonya Lina semakin memburu dan terlihat dia senang dan puas.

Sesudah Nyonya Lina, lalu rantai yang aku kenakan ada yang menariknya. Rupanya yang menariknya adalah Nyonya Lola yang seorang Waria. Aku disuruh untuk menjilati penisnya dan meminum sperma yang nantinya akan keluar. Aku masukkan penisnya kedalam mulutku. Sesekali Nyonya Lola Mendesah penuh nikmat terhadap hisapanku terhadap penisnya. Sesekali Nyonya Lola juga menyryhku untuk menjilati lubang anusnya.

Semula aku tidak mau, tapi kepalaku ditekan ke lubang anus dan aku mendapat cambukan dan tamparan karena tidak menurut. Nyonya Lola semakin keenakan mendapat jilatan di anus dan hisapan pada penisnya. Gerakan hisapan semakin aku percepat saja. Dan tidak lama kemudian Nyonya Lola menekan kepalaku, rupanya ia mencapai klimaks. Cairan spermanya kental dan masuk kedalam mulutku dan aku terpaksa menelannya. Hampir sama rasanya, memiliki rasa manis-manis asin.

?Rupanya kamu pintar ya, ha.. Ha.. Ha.. Dan enak kan rasa cairannhya ha.. Ha.. Ha..? kata mereka kepadaku.

Sesudah itu aku terdiam saja dan suasana menjadi hening. Mungkin Nyonya Lina dan Nyonya Lola tertidur. Karena perjalanan yang jauh menuju puncak di Villa milik Nyonya Lenny. Aku sendiri tidak tahu ada dimana dan tidak berdaya dalam ikatan borgol, tetapi penisku masih tegak berdiri karena adanya ikatan yang kuat dan pengaruh obat kuat yang diberikan oleh Nyonya Lenny.

Tak lama kemudian terdengar mesin mobil dimatikan. Berarti sudah sampai di villa Nyonya Lenny. Udara sangat dingin waktu itu. Penutup mataku dibuka dan aku disuruh berjalan merangkak layaknya seekor anjing. Tapi lain untuk kali ini. Karena mereka menunggangi aku seperti kuda. Jadi aku harus mengantarkan mereka satu persatu dari mobil menuju villa tersebut Sambil sesekali aku dicambuk dan punggungku ditetesi lilin. Setelah mengantarkan mereka bertiga aku sungguh kelelahan. Sesudah sampai disana terlihat mereka bertiga kelelahan, karena dua dari mereka baru saja mencapai klimaks dan Nyonya Lenny sudah kecapaian karena menyetir.

Lalu mereka membawa aku ke ruang belakang dan memasukkan aku kedalam kandang yang sempit, mungkin hanya sebesar 2,5cm x 2 cm saja. Tapi sebelumnya aku sudah diberi semangkuk susu dan sepiring roti yang dihancurkan kecil-kecil. Tentu saja aku hanya bisa makan dan minum menggunakan mulut dan lidahku saja. Lalu mereka meninggalkanku sendiri sambil makan. Nyonya Lenny mengatakan bahwa makanan itu harus habis bila ia lihat besok.

Tanganku tetap diborgol kebelakang, jadi aku tidak bisa berbuat banyak, tapi tetap aku berusaha menghabiskan roti dan susu tersebut. Setelah habis separuh makanan tersebut, Nyonya Lenny menghampiri aku dan memasukkan tiga butir obat kuat kemulutku. Dan aku menelannya dengan segelas susu pemberian Nyonya Lenny. Lalu mereka meninggalkan aku sampai besok pagi. Aku pun berusaha untuk tidur. Tapi sulit tetapi aku tetap berusaha untuk memejamkan mata.

Keesokkan paginya aku di bangunkan oleh Nyonya Lenny dengan kasar. Nyonya Lenny mengedor pintu kandang yang terbuat dari besi dengan mengunakan kayu sehingga mengeluarkan bunyi suara besi yang nyaring. Hal itulah yang membuat aku bangun. Melihat masih ada sisa sedikit makanan tadi malam, Nyonya Lenny marah dan mencambuk aku serta menendang pantat aku. Aku jadi sedikit terjatuh.

Dan Nyonya Lenny memakiku, ?Dasar Anjing Kau!!? kata Nyonya Lenny.

?Hari ini kamu makan Cuma sekali dan hanya setengah porsi dari kemaren!!? katanya lagi.

?Itu semua karena ulah perbuatanmu sendiri, Anjing,? kata Nyonya Lenny.

Lalu Nyonya Lenny menarik rantai kekang leherku menuju ke kamar mandi. Dia melepaskan pengikat leher, rantai kekangku dan juga taili yang mengikat penisku, tapi dia tidak membuka borgol tanganku. Lalu datang Nyonya Lina dan Nyonya Lola. Mereka menyuruhku untuk buka mulut dan meminum air kencing mereka. Aku terpaksa harus menuruti kemauan mereka. Aku dibaringkan di lantai kamar mandi. Mereka mengencingi wajahku, sebagian besar dari air kencing mereka masuk ke dalam hidung dan mulutku dan terpaksa aku menelannya. Rasanya sangat berbau pesing dan asin.

Setelah itu mereka bertiga memandikan aku dengan banyak sabun dan busa, sambil sesekali mereka mengocok penisku tapi tidak sampai klimaks. Mereka beriga sangat kompak dalam membagi tugas dalam memandikan aku. Pertama Nyonya Lina Menyabuni Badanku dan memainkan puting susuku. Nyonya Lenny Menyabuni penis dan kakiku kebawah sambil sesekali mengocok. Sedangkan Nyonya Lola menyabuni punggungku dan kadang-kadang memainkan anusku. Mereka melakukan itu semua sambil berganti-ganti tugas. Sedangkan aku hanya diam dan sesekali mendesah keenakan.

?Ah.. Akh.. Akh..? Melihat aku hampir klimaks mereka berhenti dan menguyur tubuhku air dingin dari shower. Sangat dingin sekali, karena udara pagi dan air daerah puncak yang terkenal sangat dingin.

Setelah bersih dari busa mereka secara bergantian menjilati penisku dari mulai pelir dan penisnya termasuk kepala penis. Nyonya Lola menjilati lubang anusku. Sedangkan Nyonya Lenny asik dengan penisku. Aku sungguh sangat menikmati perlakuan itu. Sebagi lelaki sungguh aku sangat senang dan menikmatinya, sangat nikmat.

?Akh.. Akh.. Oh.. Uu.. Ahh..?

Akhirnya tidak lama aku keluar didalam mulut Nyonya Lenny, Crot.. Crot.. Crot..

Aku merasa muncrat banyak sekali ke dalam mulut Nyonya Lenny. Lalu Nyonya Lenny membagi spermaku kepada Nyonya Lola dan Nyonya Lina. Tidak hanya itu Nyonya Lenny juga membagi spermaku sedikit denganku. Dia memasukkan ludahnya yang bercampur sperma kedalam mulutku. Nyonya Lenny membekap mulutku sehingga aku tidak bisa membuangnya dan aku menelannya.

Lalu Nyonya Lola menghisap penisku dan membersihkan sisa-sisa sperma yang ada. Setelah itu mereka kembali membersihkan tubuh dan pensiku. Lalu Mereka mandi secara bersama-sama. Sedangkan aku hanya berdiri di pojok kamar mandi sambil memperhatikan kegiatan mereka. Mereka kadang-kadang melakukan adengan lesbian. Ada yang menjilat, menghisap, dan berciuman satu dengan yang lainnya.

Setelah bersih mereka berganti pakaian serba hitam dan ketat. Lalu mereka menjemput aku dari kamar mandi. Lalu dipasangkan kembali rantai kekang di leherku. Mereka mengiring aku menuju kamar tidur mereka. Kamar tidurnya sangat luas dan besar. Juga ada kamar mandi didalamnya. Ada ranjang yang sangat besar dan dipinggir-pinggir di keempat sisi ranjang ada borgol masing-masingnya. Jadi jumlahnya ada empat borgol. Lalu mereka melepaskan borgol tanganku dan melepaskan rantai kekang leherku.

Mereka merebahkan aku di ranjang besar tersebut. Ranjangnya sedikit besar, jadi tangan dan kakiku sedikit tertarik dengan borgo tersebut. Sekarang tubuhku sudah berbentuk huruf X dan aku kembali tidak berdaya kali ini. Tangan dan kakiku sulit untuk digerakkan karena keempat borgol sudah mengunci erat-erat tangan dan kakiku. Setelah memborgol aku, mereka menutup mataku dengan kain berwarna hitam. Sekarang aku sudah tidak berdaya lagi dalam keadaan yang gelap gulita. Mereka memasangkan sebuah penjepit pada kedua ujung puting susuku, lalu menjepitkan tiga buah penjepit disekitarnya. Mereka juga menjepit kulit penisku yang masih dalam keadaan terikat dan masih tegak berdiri. Mungkin kira-kira ada lima atau enam penjepit di daerah penisku.

Aku hanya bisa merintih kesakitan dan melenguh panjang untuk menahan sakit.

?Akh.. Akh.. Akh.. Uh.. Sakit..,? kataku kepada mereka.

Tapi mereka malah membentak, memarahi, dan mentertawakan aku. Mereka puas melihat aku seperti itu tidak berdaya. Lalu mereka mengambil dan meneteskan lilin panas yang besar ke arah puting susuku, dada, perut, ketiak, dan pahaku. Semua tubuhku terasa terbakar dan aku sangat kepanasan. Tapi itu belum berakhir, lalu lilin-lilin panas tersebut diarahkan ke selangkanganku dan yang paling utamanya adalah bola pelir dan penisku. Mereka meneteskan beberapa tetes cairan lilin panas ke arah bola pelirku kira-kira tiga puluh tetes. Selain itu, mereka juga meneteskan kepala penisku dengan cairan lilin panas. Aku keperihan dan keskitan sekali sambil berteriak dan mengerakkan pinggulku tidak karuan.

Setelah puas dengan lilin dan tubuhku, mereka menarik semua penjepit yang ada ditubuhku dengan kasar. Tentu saja aku berteriak sejadi-jadinya waktu itu. Sejenak kira-kira lima belas menit mereka meninggalkan aku. Karena waktu itu jam sudah menunjukkan jam tiga sore. Mereka sudah menyiksaku kira-kira lima jam sedari pagi.

Semua kejadian itu secara terus menerus terjadi kepadaku. Selama satu minggu aku disiksa secara sadis. Selama satu minggu pula aku tidak pernah berpakaian dan diberi makanan layaknya seekor anjing. Pada hari terakhir aku diajak untuk berkeliling tapi masih dalam keadaan telanjang. Lalu aku disuruh turun dijalan raya yang sedikit ramai. Lalu aku disuruh mereka menyeberang dalam keadaan telanjang. Aku sungguh malu waktu itu. Tapi apa boleh buat, semua aku lakukan dengan pasrah. Lalu setelah naik ke mobil aku dibawa pulang ke jakarta kembali karena kedua teman Nyonya Lenny sudah akan kembali ke kotanya masing-masing. Aku ikut mengantar tapi hanya di mobil karena aku masih belum berpakaian alias masih telanjang bulat.

Setelah mengantar kedua temannya, Nyonya Lenny kembali ke mobil. Dan Nyonya Lenny menyuruhku untuk menyetir mobilnya dalam keadaan masih telanjang. Aku menurut dan langsung mengemudikan mobil. Di dalam mobil, Nyonya Lenny mengocok dan mengoral penisku. Selama perjalanan yang memakan waktu kurang lebih dua jam, Nyonya Lenny mengoral dan mengocok penisku dengan kasar. Selama perjalanan aku sudah mencapai klimaks tiga kali. Aku sungguh lelah waktu itu.

Kejadian itu sampai sekarang masih teringat dalam ingatan aku. Sampai sekarang aku masih menjadi sopir Nyonya Lenny sekaligus menjadi budak sex Nyonya Lenny. Nyonya Lenny sering menyuruhku untuk menari telanjang, memuaskan Nyonya Lenny maupun Nyonya-Nyonya lain teman Nyonya Lenny. Selain itu aku juga harus memuaskan Nyonya Lenny baik dalam BDSM maupun dalam sex normal saja. Karena aku tidak diperbolehkan untuk pulang kampung ataupun berhenti bekerja. Karena Nyonya Lenny memiliki foto dan video telanjang aku. Selain itu juga, aku masih memiliki pinjaman yang belum aku lunasi. Setiap melakukan hubungan sex pasti Nyonya Lenny merekam dan memotretku. Selain itu, setiap mencapai klimaks aku harus meminum cairan Nyonya Lenny. Tetapi Nyonya Lenny juga menyukai cairan spermaku, yang katanya bisa buat obat awet muda.

Terima kasih telah membaca ceritaku. Mohon kasih tanggapan yang positif dan negatif atas cerita aku ini. AgenBolaTeraman

Saturday, November 23, 2019

Ngentot Jilbab Perawan

Ngentot Jilbab Perawan

Tentu yang aku pilih bukan sembarangan, harus lebih mudan dan cantik. Sebenernya sudah banyak yang mencoba menarik hatiku tapi sejauh ini aku belum mau serius dan kalau bisa aku manfaatin selama jauh dengan pacarku. Sudah banyak yang aku banyak yang aku perdaya tapi.

ada satu orang yang membuatku sangat penasaran. Namanya Resty, umurnya sekitar 22 tahun, dia anak koas dari perguruan tinggi negeri dari kota yang sama.Kebetulan aku jadi residennya. Wajahnya cantik dan tatapannya teduh, dia juga berjilbab lebar berbeda dengan anak lainnya, walaupun affairan aku pun sebenernya ada juga yang berjilbab, tapi tidak seperti dia.

Tinggi semampai sekitar 165 cm, dengan tubuh yang padat tidak kurus dan tidak gemuk, sesuai seleraku. Jilbabnya pun tidak mampu menutupi lekukan dadanya, aku taksir kalau tidak 36B mungkin 36C. Tutur katanya yang lembut dan halus benar-benar membuatku mabuk. Apalagi dia sangat menjaga pergaulan. Sesekali aku coba berusaha bicara dengannya tapi dia selalu menundukkan wajahnya setiap bicara denganku. Dia pun tidak menyambut tangaku ketika aku ajak untuk bersalaman. Kulit putihnya sangat halus ketika aku coba perhatika di pipi dan ujung tangannya, tahi lalat di atas bibir semakin menambah kesan manis darinya. “Mah…kita makan bareng yuk, aku yang traktir.

ujarku berusaha membujuk untuk bisa pergi bareng. Terima kasih Dok…saya dengan teman-teman saja. Ujarnya halus. Jangan panggil Dok…panggil saja kak. “baik Dok…eh…kak”. “tapi terima kasih tawarannyaaku bareng teman saja…”, “kalau begitu sekalian ajak saja teman kamu” setengah berharap dia mau menerima. “terima kasih Dok..eh kak, nanti merepotkan, teman-temanku makannya banyak lho” sahut dia sambil tetap menundukkan kepalanya. Kadang gurauan ringan itu yang tidak pernah aku dapatkan dari pacarku atau teman affair-ku. aku tersenyum kecil mendengar alasannya yang sangat lucu…humoris juga dia, “baiklah…mungkin lain kali” kataku “oh ya, jika ada apa-apa masalah administrasi di sini atau masalah kerjaan jangan sungkan bicara aja ya, nanti aku bantu” aku masih berusaha mencari celah.“Terima kasi pak ehh..kak…

Saya pamit” sambil berlaluAku perhatikan dari belakang, roknya yang juga lebar tidak bisa menutupi lekukan pantatnya yang bergoyang mengikuti langkah kakinya..perfect…aku menggeleng. Dia berbeda sekali dengan Lika…anak koas 2 tahun lalu yang pernah aku perawani juga. Sama-sama berjilbab walau tak selebar dia. Lika pun awalnya agak jual mahal…walau aku tau dari cara memandangnya dia suka aku. Dengan beberapa rayuan akhirnya aku bisa memerawani dia di sebuah hotel. Tidak dengan paksaan dan sangat mudah. Affair kita berlalu dengan selesainya masa koas dia, juga karena dia tahu aku punya affair juga dengan temannya. Dia berbeda sekali, sulit sekali menaklukannya. Setiap aku melihat dia selalu aku lihat setiap geriknya, senyumnya, tawanya, selalu terbayang. Saat aku sedang melamun tiba-tiba dari arah belakangku ada yang memeluk dan terus menarikku. “Ngelamun nih…” dengan suara yang diparaukan

“Mhh…Rasya…kamu nih ganggu saja” sambil melepaskan pelukan dia. “kamu sekarang jarang ke ruangku lagi” rengeknya.Rasya ini sesama dokter di sini, umurnya sekitar 27 tahun dan sudah bersuami. Sayangnya suaminya bekerja di lepas pantai sehingga jarang bertemu dan memberikan nafkah bathin padanya.Memang aku sering ke ruangnya dulu…sekedar bercumbu dengan bumbu oral yang bisa membuat dia melayang. Tapi kami tidak pernah sampai melakukan jauh karena dia pun tidak mau, ya akupun tidak memaksa. Tidak semua affairku selalu aku tiduri…yang penting ada penawaran rindu dan bisa memuaskanku walau tidak sampai melakukan senggama.

“Aku sibuk Rasy…banyak yang melahirkan juga jadi residen” ujarku sambil memegang pinggangnya.“tidak ada waktu untuk aku?…sebentar saja…” lalu dia memagut bibirku dan selanjutnya kami pun bercumbu.Satu persatu aku buka kancing blousenya aku temukan dua gunung kembar yang jarang dijamah pemiliknya. Aku cumbu dan ciumi dengan lembut. Tapi…sepintas aku ingat Resty lagi dan akupun menghentikan aktifitasku. “Kok berhenti…” Rasya pasti sedang mulai terangsang. “Maaf Rasy…aku ga konsen banyak pekerjaan…”. “Ya sudah…” ujarnya tersungut sambil mengancing kembali blousnya terus berlalu. Sore itu aku sedang membantu persalinan, sengaja aku panggil

Resty untuk mendampingiku. Wajahnya senang sekali karena jarang mendapat kesempatan untuk mendampingi dokter saat persalinan seperti ini.Tidak mungkin kan semua masuk, ya aku beralasan yang lain tunggu giliran. DIa berusaha menjadi asistenku dengan baik, saat memberikan gunting aku sengaja pura-pura tidak tahu menyentuh tangannya…tapi langsung dia tarik. Gagal lagi upayaku…tapi aku sudah senang dengan melihat wajahnya dari dekat selama persalinan itu. Sekeluar dari ruang bersalin “Terima kasih ya kak…jarang ada kesempatan begitu…”. “Kamu mau aku bikin begitu…” sambilku melirik seorang ibu hamil yang kebetulan lewat. “yee…ga lah, makanya cepet cari istri sana…”sambil tersenyum dan berlalu. Aku kaget…kok dia tau ya…

Sore itu langit mendung dan gelap sekali. Hujan mulai turun rintik-rintik, aku memacu FORTUNER ku ke luar ruang parkir. Aku melihat Resty berlari keluar sambil menutupi kepalanya dengan tas agar tidak terkena hujan.“kesempatan”…tin..tin..a ku klakson dia. “Mau pulang? bareng aja yuk…kayaknya mau hujan besar nih” selalu saja aku cari kesempatan. “Terima kasih kak…aku naik angkot saja…sudah biasa kok” katanya. hujanpun makin deras.“bener lho…ga apa-apa kok aku antar kamu sampe kos”.“Terima kasih kak, ga enak kalau dilihat orang bisa jadi fitnah”mhh…gilaa…ini semakin membuatku jatuh cinta sama dia, aku janji dalam hati, kalau saja aku bisa dapatkan dia aku akan putuskan semua affairku, aku benar-benar jatuh cinta pada dia. Tidak berapa lama hujan semakin deras,

bahkan aku sulit melihat jalan saking derasnya hujan. Sampai aku tertidur jam 10 malam ini hujan masih juga belum berhenti. Keesokan harinya, aku harus membantu persalinan lagi dan aku mencari Resty.“Resty tidak masuk hari ini dok” sahut Rinda teman sekampusnya sambil membedong bayi di ruang bayi.“Dia sakit? aku mau minta tolong bantu persalinan lagi” kataku.“Tidak tau dok…saya tidak dapat kabarnya” sahutnya sambil melihatku dengan sopan.Aku lihat Rinda manis juga, berjilbab lebar sama dengan Resty, walau tidak secantik Resty, Rinda bisa juga dikatakan high quality. Tingginya paling hanya 155 atau 160 cm, tapi tubuhnya proporsional. Dadanya tidak sampai terlihat betul lekukannya seperti Resty, kulitnya kuning bersih, kacamata yang dia kenakan semakin membuatntya lebih terlihat anggun. Aku pandangi seluruh tubuhnya, berbeda juga dengan Resty, dia tidak sungkan untuk berbicara langsung dan melihatku, walaupun dia juga sama-sama menjaga pergaulan. “Ya sudah kamu saja ya…bantu saya persalinan…”dia tersenyum senang “Terima kasih dok…”Keesokan harinya aku masih belum menemukan Resty. akhirnya aku di bantu Rinda lagi “Kamu tau nomor telepon atau kos Resty Rin..”

“Tidak dok…kita beda kos…kenapa gitu?” “mhh..atau dokter…hihihi…suka sama dia ya” sahutnya sambil tersenyum “tidak…cuma dia itu cekatan dan pintar…makanya saya suka sekali kalau diasisteni dia…lagian juga dia ngga akan mau sama aku ini”. “Iya dok…banyak yang sudah mau khitbah dia..tapi dia tidak mau…dia mau selesaikan dulu kuliahnya…dia itu baik dan cantik lagi” sambil mengikuti langkahku di ruang persalinan. “Kamu juga cantik…” aku mulai mengeluarkan racunku, kalau ga dapet yang poin 9 ya minimal 7 atau 8 juga tidak apa-apa. Yang penting aku pengen sekali bisa memerawani wanita berjilbab lebar ini. Karena setauku mereka selalu menjaga diri dan pergaulannya. Tantangan tersendiri untuk aku.Rinda tidak menjawab, hanya tersenyum sambil menunduk. Hari keempat baru kulihat Resty datang, namun tak seperti biasanya. Biasanya Resty selalu ceria, kali ini tidak. Wajahnya murung dan tatapannya kosong. Kulihat teman-temannya berusaha bertanya dan berkumpul di sekitarnya. Entah apa yang mereka bicarakan terkadang Resty tersenyum walau getir. Saat istirahat ku coba dekati. “Kamu sakit Res?” “Nggak kak” lemah sekali bicaranya “Kenapa kamu murung, ada masalah?” “ah nggak kok” Resty mencoba tersenyum walau aku lihat tidak bisa menutupi kemurungannya. “Ngga ada masalah cuma agak kurang sehat aja, maaf saya mau makan dulu kak” sambil berlalu meninggalkanku. “Ya sudah kalau kamu ngga apa-apa, kalau kamu butuh bantuan jangan ragu minta tolong ke aku ya” “iya kak, terima kasih” Esokan hari-nya hari jum’at, aku berencana pulang agak cepat. Maksudku, aku mau tidur dulu sebelum agak malam nanti aku bangun dan pergi clubbing di club terkenal di kota ini. Ketika aku sedang membereskan buku dan berkas yang aku masukkan ke tas, tiba-tiba pintu kantorku di ketuk, “Silahkan masuk”.“Maaf, apa saya mengganggu

kakak…” aku lihat sesosok wanita dengan kemeja pink berbalut blazer putik khas dokter, jilbab pink dan rok putih. Cantik sekali dia terlihat. Wajahnya sambil agak menunduk walau dia coba beranikan diri melihat wajahku. “Ada apa Res, tidak menggnggu kok, saya sedang membereskan berkas” ujarku santai. “Ada yang bisa saya bantu?” “Kakak besok ada acara?” Aku tersentak, tumben sekali dia bicara ini. “Tidak…tidak…ada apa? besok aku bebas kok” Aku melupakan janjiku untuk bertemu Dian, passienku yang pernah aku tolong persalinannya. Dia hamil oleh pacarnya, tapi kemudian pacarnya pergi tidak bertanggung jawab. Karena aku yang menolongnya hubungan kamipun dekat, dan tidak perlu dijelaskan detail apa yang kami lakukan, karena bukan inti dari cerita ini, yang pasti kami lakukan dengan aman.

“Saya mau minta tolong, besok aku mau pindah kos, apa kakak bisa bantu bawakan barang” “Oh…tentu, jam berapa?” “AKu tunggu di kos ku ya kak, jam 9, sini alamatnya saya tuliskan dulu” Restypun menuliskan alamat pada secarik kertas di atas mejaku, aku terus memandanginya tanpa berkedip. perfect girl.“Terima kasih kak, maaf sekali saya sudah merepotkan” sambi memberikan kertas kepadaku, sedikit nakal aku pura-pura tidak sengaja menyentuh tangannya. lembut sekali dan…tak seperti biasanya dia menarik tangannya, kali ini dia membiarkan tanganku menyentuh tangannya. Resty pun berlalu sambil meninggalkan gerak pinggul yang sangat menarik, “aku harus memilikinya”. Aku segara batalkan semua agenda dan janjiku, aku segera tidur dan tidak sabar menunggu datangnya esok. Saat pertama kali berdua dengan dia. Esokan harinya aku datang tepat waktu di alamat yang sudah diberikannya. Sebuah rumah kos yang cukup besar walau agak tua, bangunan inti pemilik rumah ada di depan, sedangkan bagian depannya gedung baru berlantai 2 dengan pola bangunan khas tempat kos. Aku lihat beberapa orang berkumpul dihalaman depan juga Resty dengan mengenakan jilbab putih, kemeja biru dan rok panjang biru donker. “Kenapa pindah nduk…padahal ibu seneng kamu di sini, kamu suka bantuin ibu” kata seorang wanita berumur lebih dari separuh baya. “iya bu…aku mau cari suasana lain aja, supaya aku bisa tenang bikin laporan” “Kalau kak Resty ngga ada, kalau diantara kita ada yang sakit siapa yang bantuin” seorang wanita muda yang aku tebak masih mahasiswa juga menimpali. Resty tersenyum sambil mengacak-acak rambut teman kosnya itu “kamu boleh kok main ke sana”. “Bu, kenalkan ini dokter Budi, yang bantuin saya pindahan” sambil mengenalkan aku tanpa sedikitpun mengenalkan aku pada seorang pria tua yang ada di sebelah ibu kosnya itu. Sama sekali wajahnya tidak bersahabat.“Oala aku kira bojo mu nduk…gantenge…” ku tersenyum dalam hati mendengarkan ucapan ibu kosnya itu.“ah ibu bisa aja…” Resty tersipu. Aku berharap itu menjadi nyata, dan tidak hanya menjadi pacarnya tapi aku bisa mengambil semuanya dari dia.Semua temannya berusaha membantu memasukkan kardus ke dalam fortunerku, tidak lama hanya 1 jam semua barang sudah dimasukkan.

Kami pun segera pamit, pertama kali dia duduk bersebelahan denganku. AKu menancap gas stelah sebelumnya melambaikan tangan dulu pada ibu kos itu dan teman-temannya, wajah pria tua yang aku kira adalah suami dari ibu kos itu masih tetap tidak bersahabat. Mataku coba melirik nakal padanya, tatapannya kosong melihat pemandangan di sekitar jendela. Lekukan dadanya begitu nampak dan close up di hadapanku, napasnya naik turun semakin membusungkan dadanya yang tertutup jilbab putihnya. Rok biru donkernya berbahan lembut, sehingga gampang jatuh, aku lihat bagian tengah rok antara kedua pahanya jatuh ke paha sehingga menampakkan bentuk pahanya yang jenjang dan penuh. Resty masih menikmati pemandangan sisi jalan dan tidak sadar kalau aku memperhatikan tubuhnya. Aku memacu mobil menuju alamat yang sudah dia beritahukan sebelumnya. Di perumahan itu, rumah type 21 yang dia tempati. Luas tanahnya masih sangat luas belum termaksimalkan. Sisi kanan kiri rumah masih kosong dan membuat jarak dengan rumah disampingnya. Aku pun segera membantu menurunkan barang dan membereskan barang di rumah tersebut, hanya berdua. aku pandangi wajahnya, perhatikan tiap lekuk tubuhnya yang membuat penisku tegang. Sore itu aku mandi di rumah kontrakannya, aku tidak pernah lupa membawa alat mandi di mobilku. begitu juga Resty yang mandi sebelum aku, meninggalkan bau harum menyengat di kamar mandi. “Kak, makan malam di sini saja ya, sudah aku masakkan” tawarnya “Baik lah, pasti masakannya enak sekali” timpalku, padahal aku masih ingin berlama-lama dengan dia.Selepas makan malam kami pun bercengkrama. Semua barang telah kami rapihkan bersama, hari itu aku habiskan waktu bersama.

“Akhirnya selesai juga ya Res, capek juga ya” sahutku mencoba mencairkan suasana, sambil duduk di sebelahnya yang sedang mengupaskan mangga untukku. Resty tersenyum manis sekali, “Iya kak, kakak capek ya, mau aku suapin mangganya?”.aku kaget dengan tawarannya aku berusaha tenang “boleh”. Dia pun memberikan mangga yang ada ditangannya, dengan nakal aku coba melahap mangga sampai ke jarinya, sehingga bibirku menyentuh jarinya. Dia tarik jarinya dari mulutku pelan sekali, sambil tersenyum. “oh god…sweet” ujarku dalam hati. “Mangganya manis…apalagi sambil lihat kamu” aku memancing. Resty hanya tersenyum, “mau lagi?” tawarnya, akupun mengangguk. Suapan kedua ini jarinya lebih lama berada di dalam mulutku. Sengaja tidak aku lepaskan dan si empunya jari lentik itu tidak keberatan, dia hanya diam menunggu. Tangan kiriku menyentuh tangan kanannya itu lembut, dia tidak menolak. aku tempatkan telapak tangannya yang lembut di pipiku, sambil menatap wajahnya. Wajahnya bersemu merah. Mata kami saling menatap, wajah kami semakin mendekat…dekat dan dekat…sehingga aku rasakan nafasnya menentuh wajahku. Tangan kananku meraih dagunya yang lembut seolah tidak ada tulang di dagunya itu. sedikit aku tarik dagunya sehingga bibirnya terbuka, sengal nafasnya bisa aku rasakan. Ini mungkin rasanya seorang wanita yang pertama kali melakukan kissing, wanita yang selama ini berusaha menjaga kehormatannya dan tidak pernah disentuh siapapun sebelumnya. Matanya terkatup, cantik sekali dia malam ini. Akupun mendekatkan bibirku dengan bibirnya, aku pagut lembut…dia tidak membalas juga tidak menolak.Kembai aku pagut bibirnya, lembut dan manis kurasakan. ku pagut bibir ats dan bawahnya bergantian. Kali ini dia mulai merespon, dia membalas pagutanku dengan memagut bibirku juga, basah dan indah.Pagutan kami semakin liar, aku pindahkan kedua tanganku disamping wajahnya dengan posisi jari jempol menempel ke pipinya yang lembut.Keempat jariku berada di bawah telinganya yang masih tertutup jilbab. aku semakin menarik wajahnya mendekatiku, kecupanku semakin liar yang aku yakin membangkitkan gairahnya.“mhh…ummm….aummmmm…” bergantian kami mengecupi bibir kami. Kini tangan kiriku melingkari leher hingga kepundak belakangnya, sedangkan tangan kananku menyusup melalui bawah jilbab putihnya yang lebar kemudian mencari gundukan lembut tepat di dadanya. Tangan kananku menyentuh sebongkah gundukan lembut yang masih tertutup bra. “Mhh…payudara yang sangat indah”. Tangan kananku pun mulai meremas lembut payudara itu. “ehhhmmm…mhhmhh…mmhhhhh” Resty kaget dan mendesah sambil tetap berpagutan dengan bibirku. Sekitar 2 menit meremas-remas dada kirinya, tangan kananku mencoba mencari kancing kemejanya. Dan ku buka satu demi satu hingga meninggalkan beberapa kancing bagian bawah yang tetap terpasang. KlikDisini


Tangan kananku lebih aktif lgi masuk ke dalam kemejanya, benar saj, gundukan itu sangat lembut, ketika kulit tanganku bersentuhan dengan kulit payudaranya yang halus sekali. Tanganku menyusup diantar bra dan payudaranya, meremas lembut dan sesekali memilin putingnya yang kecil dan nampak sudah mengeras. “mhhh…ummmmm,….aahhh,…mmhh…..m mmm….mmmmphh….” mulutnya terus meracau mencoba menikmati setiap remasanku, matanya masih saja terpejam seolah dia tidak mau melihat kejadian ini atau dia sedang berusaha benar-benar meresapi rangsangan yang aku buat. Aku tarik pundaknya sehingga tubuhnya terbaring ke samping kiriku, dan aku pun menarik bibirku dari bibirnya dengan sedikit suara kecupan yang menggambarkan dua bibir yang sudah lengket dan sulit dilepaskan. “mhuachh…aahhh” wajahnya memerah dan matanya masih terpejam, cantik sekali. Kini tangan kananku mengangkat jilbabnya ke atas, memberikan ruang agar kepalaku bisa masuk kedalamnya. AKu mencium bau harum dari keringatnya yang mulai mengalir. Dalam keremangan aku milihat leher jenjangnya yang putih dan halus, tanpa membiarkan waktu berlalu aku segera mengecupnya lembut dan kecupanku semakin ganas di lehernya “aahhh….eengg…ehhhh…aahhh ….aaa hhh….” mulutnya tak berhenti meracau.

Tangan kananya meraih belakang kepalaku dan menekankan kepalaku agar semakin menempel di lehernya, sedangkan tangan kirinya mendekap punggungku. Untungnya jarang rumah ini dengan rumah sebelah lumayan jauh, sehingga desahan kami tidak terdengar oleh rumah sebelah. Aku tidak lupa meninggalkan cupang di lehernya, lalu ciumanku pun turun ke dadanya. Tangan kananku mencari sesuatu di balik punggungnya, ya kait bra. Setelah aku dapatkan langsung aku lepaskan. Terlepaslah bra yang selama ini menutupi keduap payudara indah itu agar tidak meloncat keluar. lalu tangan kananku menarik bra agak ke atas ke leher Resty, sehingga terpampang dua gunung kembar yang sangat mengagumkan. Benar saja 36C. Aku mulai mencium payudara kanan Resty, aku lakukan masih di dalam jilbabnya, dan akupun tidak melepas semua kancing kemejanya, sehingga tidak semua bagian tubuhnya terlihat. Namun, itu membuat sensasi percintaan semakin terasa, tangan kananku sibuk meremas payudara kananya yang saat ini sudah tidak berpenutup lagi. “aaahhhh…kaaakk….ahhh…..m hhh…k ak…..aduuhh…..mhh….. ” Resty tidak kuat menahan rangsangan ini, kepalanya menggeleng ke samping kanan dan kiri, tangan kanannya semakin kuat membekap wajahku ke arah dadanya. Kini tangan kananku melepas remasan di dadanya, mulai turun ke bawah, menyentuh kakinya yang masih ber kaos kaki. tangan kananku menarik roknya menyusuri betis yang tertutup kaos kaki panjang hampir selutut, setelah itu tanganku menemukan kulit halus yang putih. Tangan kananku menyusuri paha kirinya dan membuat roknya terangkat sebatas perut. tangan kananku membelai-belai paha kirinya dan ciumanku sekarang sudah mendarat di payudara kirinya. “ahhh…kaaaakkk….kakaaa….k k…ahh …”, nafas Resty semakin tersengal-sengal, aku tidak lupa meninggalkan cupang juga di payudara kirinya yang sangat lembut. Penisku semakin tegang. Lalu aku tarik wajahku dari dadanya, aku duduk di samping tubuhnya yang terbaring. Bulir keringat mulai membasahi wajahnya yang putih, nafasnya tersengal, matany amasih terpejam, bibirnya terbuka sedikit. Rok bagian kiri sudah terangkat sampai ke perut, menyisakan pemandangan paha putih jenjang nan indah, namun betisnya tertutup kaos kaki yang cukup panjang. Tangan kananku masuk ke bawah kedua lututnya, tangan kiriku masuk ke dalam lehernya, aku pun memagutnya lagi dan dia faham apa yang aku maksud. Dia kalungkan kedua tangannya ke belakang kepalaku. “Jangan di sini ya sayang…kita masuk saja ke dalam…” ujarku sambil mengangkatnya, birbir kami tak henti berpagutan. Lalu aku rbahkan tubuhnya ke kasur busa tanpa dipan khas milik anak kos. nafasnya terus tersengal, kedua tangannya meremas kain sprei kasurnya itu. Kini aku berada di kedua kakinya, aku coba tarik roknya sampai sebatas perut dan aku kangkangkan kakinya.

Ciumanku mendarat di bagian bawah perut, “eenngg…ahhh…” aku tau dia merasa geli dan terangsang hebat, sambil kedua tanganku mencoba menurunkan celana dalamnya. Gerak tubuhnya pun tidak menggambarkan penolakan, bahkan dia agak mengangkat pantatnya ketika tangan ku mencoba melepas celana dalamnya sehingga mudah melewati bagian pantan dan tidak berapa lama terlepas sudah celana penutup itu. Vagina muda berwarna pink yang sangat indah, ditumbuhi bulu halus yang rapih tercukup. Baunya pun sangat wangi. Tapi aku tidak ingin buru-buru, aku ingin Resty membiasakan suasananya dulu. ciumanku jatuh ke pahanya, ke bagian sensitif paha belakang sambil mengangkat kakinya ke atas. lalu pada sat yang tepat aku mulai turunkan ciumanku di antara selangkangannya. “kaakk…ahh…”, aku mencoba menjilati bagian luar vaginanya dari bawah ke atas, vagina itu mulai lembab dan basah. Lalu aku renggangkan lebih luas lagi kakinya, dan aku sibak labia mayoda dan labia minora vaginanya, aku temukan lubang ke wanitaan yang masih sempit namun berwarna merah seakan bekas luka atau lecet. AKu tidak mempedulukan, karena aku melihat cairan bening meleleh dari dalam lubang kewanitaan Resty, lalu aku jilati dan lidahku pun nakal mencoba masuk ke dalam lubang kewnitaan itu, terus mencari dan mencari…lalu kecupanku pindah ke atas menemukan benjolan kecil tepat di bawah garis vagina atas, aku gigit-gigit kecil, aku cium aku sedot, tidak ketinggalan tangan kananku mencoba sedikit demi sedikit masuk ke vaginanya. “aahhhhh…uuhhh….mhh….phhh …ahhh …akakak…aahh..kakak… aduuhh…aaahhh…ahhh…” kepalanya bergeleng tidak teratur ke kanan dan kekiri,kedua tangannya semakin kuat menggenggam sprei yang dikenakan pada kasur busa tersebut. ciumanku semakin kuat dan ganas, cairan kewanitaan semakin deras keluar dari lubang kewanitaan Resty. secara bergantian lidahku merangsang lubang vagina dan clitoris, dan tangan kananku pun tidak tinggal dia. Jika lidahku sedang merangsang klitoris maka jari tangan kananku berusaha meransang pubang vagina, juga ketika lidahku bermain-main dan mencoba masuk lebih dalam ke lubang vagina, jempol tanganku merangang dengan menggesek dan menekan-nekan clitoris Resty. “aaahhh….aaaaa…uuuu…enhhh h…eee mmm…ahh…aaaa….” Tangan kananya sekarang meremas-remas rambutku dan menekan kepalaku agar lebih dalam lagi mengeksplorasi vaginanya. Sekitar 15 menit aku mengekplor vaginanya, dia menjambak rambutku dan kemudian mendorongku. Sekarang posisi kami sama-sama duduk, nafasnya tersengal-sengal tapi sekarang dia berani membuka matanya menatapku, keringat mengucur dari tubh kami. Tiba-tiba bibirnya langsung menyerbu bibirku, ciuman kali ini amat liar terkadang gigi kami beradu, lidah kami saliang bertukar ludah, lidahku coba masuk ke rongga mulutnya, menjilati dinding-dinding mulutnya. AKu sangat kaget ketika tangannya menarik kaosku ke atas, melewati mulut kami yang tengah beradu, kemudian ciumannya turun ke leherku dan ke dadaku. Tanganya tidak berhenti sampai di situ, dia mulai membuka ikat pinggang celanaku, saat bibirnya masih menciumi dadaku, tangannya menurunkan celanaku dan kemudian celana dalamku. Penisku yang diameternya 6 cm dan panjangnya hampir 20 cm mengacung tegak, kini tangan kananya menggengam penisku, aku pun berdiri dan kini wajah ayunya berada di depan penisku hanya beberapa senti saja. ku lihat dia menelan ludah, apa mungkin dia kaget dengan ukuran ini atau mungkin dia masih ragu melakukan ini. Aku pegang kepalanya yang masih menggunakan jilbab putih yang mulai kusut. kudekatkan penisku dengan bibirnya, bibirnya masih terkatup ketika ujung penisku menempel pada bibirnya, mungkin dia masih bingung apa yang dilakukannya.

“Kulum sayang…ciumi sayang…ayo…” lalu dia buka bibirnya sedikit dan mencium ujung penisku, kaku, tapi menimbulkan sensasi yang dahsyat, selain karena bibirnya yang lembut, hangat dan basah menyentuh ujung penisku, melihat seorang wanita yang masih berpakaian lengkap dengan jilbabnya itu hal yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. “cuup..mppuhmm..uhhmm…” bibirnya berkali-kali mengulum ujung penisku, sedikit-demi sedikit kulumannya semakin masuk. AKu lihat dia masih kaku dan belum lihat melakukan itu, tapi bagiku sensasi luar biasa. “mhhh…aauuuummm…uummhh”akhirny a mulutnya berani memasukkan penisku, walau tidak sampai masuk semua, karena penisku terlalu panjang dan itu akan menyakitkannya. “shh…ahh…terus Res…keluar masukin…” Resty pun mengikuti perintahku dia memaju mundurkan kepalanya. “aahh…sayang…terus”…”mhh. .uhmm hh..cuuupp..muuh” Resty terus melakukan aktifitasnya. hanya 5 menit lalu dia berhenti. “Kak…Resty ngga tahan…” diapun menarik tubuhku dan aku kini sama-sama duduk berhadapan. Aku tahu, dia dalam kondisi puncak, dia tidak dapat lagi menahan libidonya, akupun merebahkannya dan menindihnya. AKu regangkan kedua kakinya. Resty tampak pasrah dia memandangiku dan memperhatikan penisku yang tepat dihadapan vaginanya. Aku lupa sesuatu, segera ku raih celanaku yang tercecer di samping dan mengambil sesuatu di dompet. Ya, aku selalus edia kondom di dompet setelah ku buka dan akan kupasangkan, Resty menampik tanganku. “ngga usah pake itu kak…aku ingin jadi milik kakak seutuhnya” aku tersentak dengan ucapannya “Kamu yakin Res?” Resty mengangguk. Kini kuarahkan ujung penisku mendekati lubang kewanitaannya “Tahan ya Res…agak sakit…” Tangan kananku menggenggam batang penis dan digesek-gesekkan pada clitoris dan bibir kemaluan Resty, hingga Resty merintih-rintih kenikmatan dan badannya tersentak-sentak. Aku terus berusaha menekan senjataku ke dalam kemaluan Resty yang memang sudah sangat basah itu. Perlahan-lahan kepala penisku menerobos masuk membelah bibir kemaluan Resty. “Tahan kaak…sakii..t” dia merintih sambi menggigit bibir bawahnya. Aku pun menghentikan kegiatanku sementara, sambil menunggu aku maju mundurkan kepala penisku ke bibir kemaluannya supaya bibir kemaluannya mulai menyesuaikan. Matanya masih terpejam dan terus menggigit bibir bawahnya, nafasnya tersengal. Sedikit demi sedikit aku masukkan kembali, pelan tapi pasti. Setiap penisku masuk Resty melengguh menahan sakit. Vaginanya masih sempit tapi tanpa halangan penisku mulai masuk ke dalam. Dengan kasar Aku tiba-tiba menekan pantatku kuat-kuat ke depan sehingga pinggulku menempel ketat pada pinggul Resty. Dengan tak kuasa menahan diri dan berteriak, mungkin sakit. Dari mulut Resty terdengar jeritan halus tertahan, “Aduuuh!.., ooooooohh.., aahh…sakii…t..kaak..”, disertai badannya yang tertekuk ke atas dan kedua tangan Resty mencengkeram dengan kuat pinggangku. Beberapa saat kemudian aku mulai menggoyangkan pinggulku, mula-mula perlahan, kemudian makin lama semakin cepat dan bergerak dengan kecepatan tinggi diantara kedua paha halus gadis ayu tersebut. Resty berusaha memegang lenganku, sementara tubuhnya bergetar dan terlonjak dengan hebat akibat dorongan dan tarikan penisku pada kemaluannya, giginya bergemeletuk dan kepalanya menggeleng-geleng ke kiri kanan di atas meja. Resty mencoba memaksa kelopak matanya yang terasa berat untuk membukanya sebentar dan melihat wajahku, dengan takjub. Resty berusaha bernafas dan …:” “kaa..kk…, aahh…, ooohh…, ssshh”, sementara aku tersebut terus menyetubuhinya dengan ganas.

Resty sungguh tak kuasa untuk tidak merintih setiap kali Aku menggerakkan tubuhku, gesekan demi gesekan di dinding liang vaginanya. Setiap kali aku menarik penisnya keluar, dan menekan masuk penisku ke dalam vagina Resty, maka klitoris Resty terjepit pada batang penisku dan terdorong masuk kemudian tergesek-gesek dengan batang penisku yang berurat itu. Hal ini menimbulkan suatu perasaan geli yang dahsyat, yang mengakibatkan seluruh badan Resty menggeliat dan terlonjak, sampai badannya tertekuk ke atas menahan sensasi kenikmatan yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Sementara tanganku yang lain tidak dibiarkan menganggur. Tanganku merengkuh punggungnya yang melengkung menahan nikmat, kemudian aku sibak jilbabnya dan terlihat dua payudara indahnya yang masih sembunyi dibalik kemeja yang sudha terbuka kancing bagian atasnya, branya pun sudha tersingkap ke atas menambah sensualitas pemandangan saat itu. Aku tarik punggungnya sehingga maskin melengkung ke atas, aku pun terus bermain-main pada bagian dada Resty dan Mencium dan kadang menggigit kedua payudara Resty secara bergantian. Ia berusaha menggerakkan pinggulnya, akan tetapi paha, bokong dan kakinya mati rasa. Tapi ia mencoba berusaha membuatku segera mencapai klimaks dengan memutar bokongnya, menjepitkan pahanya, akan tetapi aku terus menyetubuhinya dan tidak juga mencapai klimaks. Ia memiringkan kepalanya, dan terdengar erangan panjang keluar dari mulutnya yang mungil, “Ooooh…, ooooooh…, aahhmm…, ssstthh!”. Gadis ayu itu Semakin erat mendekap kepalaku agar semakin rekat dengan payudaranya, aku tahu pelukan itu adalah penyaluran dari rasa nikmat dan klimaks yang mungkin sebentar lagi dia rasakan. Kedua pahanya mengejang serta menjepit dengan kencang, menekuk ibu jari kakinya, membiarkan bokongnya naik-turun berkali-kali, keseluruhan badannya berkelonjotan, menjerit serak dan…, akhirnya larut dalam orgasme total yang dengan dahsyat melandanya, diikuti dengan suatu kekosongan melanda dirinya dan keseluruhan tubuhnya merasakan lemas seakan-akan seluruh tulangnya copot berantakan. Resty terkulai lemas tak berdaya di atas kasur dengan kedua tangannya terentang dan pahanya terkangkang lebar-lebar dimana penisku tetap terjepit di dalam liang vaginanya. Itu lah pertama kali dia merasakan indahnya orgasme. Selama proses orgasme yang dialami Resty ini berlangsung, memberikan suatu kenikmatan yang hebat yang dirasakan olehku, dimana penisku yang masih terbenam dan terjepit di dalam liang vagina Resty dan merasakan suatu sensasi luar biasa, batang penisku serasa terbungkus dengan keras oleh sesuatu yang lembut licin yang terasa mengurut-urut seluruha penisku, terlebih-lebih pada bagian kepala penisku setiap terjadi kontraksi pada dinding vagina Resty, yang diakhiri dengan siraman cairan panas. Perasaanku seakan-akan menggila melihat Resty yang begitu cantik dan ayu itu tergelatak pasrah tak berdaya di hadapannya dengan kedua paha yang halus mulus terkangkang dan bibir kemaluan yang kuning langsat mungil itu menjepit dengan ketat batang penisku.

Tidak sampai di situ, beberapa menit kemudian Aku membalik tubuh Resty yang telah lemas itu hingga sekarang Resty setengah berdiri tertelungkup di dipan dengan kaki terjurai ke lantai, sehingga posisi pantatnya menungging ke arahku. Aku ingin melakukan doggy style, tanganku kini lebih leluasa meremas-remas kedua buah payudara Resty yang kini menggantung ke bawah, tangunku menyusup lewat kemeja bagian bawah. Dengan kedua kaki setengah tertekuk, secara perlahan-lahan aku menggosok-gosok kepala penisku yang telah licin oleh cairan pelumas yang keluar dari dalam vagina Resty dan menempatkan kepala penisku pada bibir kemaluan Resty dari belakang. Dengan sedikit dorongan, kepala penisku tersebut membelah dan terjepit dengan kuat oleh bibir-bibir kemaluan Resty, Resty melengguh agak kencang..”aahhgg….” ketika penisku mulai menyeruak ke dalam vaginanya lagi. Kedua tanganku memegang pinggul Resty dan mengangkatnya sedikit ke atas sehingga posisi bagian bawah badan Resty tidak terletak pada dipan lagi, hanya kedua tangannya yang masih bertumpu pada kasur. Kedua kaki Resty dikaitkan pada pahaku. Kutarik pinggul Resty ke arahku, berbarengan dengan mendorong pantatnya ke depan, sehingga disertai keluhan panjang yang keluar dari mulut Iffa, “Oooooooh…aahh…shhh…ahh…. !”, penisku tersebut terus menerobos masuk ke dalam liang vaginanya dan Aku terus menekan pantatnya sehingga perutnyaku menempel ketat pada pantat Resty yang setengah terangkat. Aku memainkan pinggulnya maju mundur dengan cepat sambil mulutku mendesis-desis keenakan merasakan penisku terjepit dan tergesek-gesek di dalam lubang vagina Resty yang ketat itu. “Ahh…ahhh…aahh…kak..a.duu u..hh …mhh…teruss…” mulutnya terus mengaduh, tanda nikmat tiada tara yang dia rasakan. Tubuhny amaju mundur terdorong desakan penisku. Karena bagian pantat lebih tinggi dari kepala sehingga kemejanya turn ke bawah memperlihatkan pungguh mulus dan putih yang sebelumnya tidak pernah dilihat siapapun. Tangannya sambil terus meremas seprei dan merebahkan kepanaya di kasur. “shhh…ahh..kakk…aahh..adu uhh…k ak….” semakin kencang teriakannya semakin menunjukkan kalau dia akan merasakan klimaks untuk kedua kalinya. AKupun mempercepat doronganku. “terus..kak…ahh…jangan berhenti…ahh…kak,…” Restymeracau semakin tidak karuan. Dan….diapun mendongakkan kepalanya ke atas disertai lengguhan panjang “aaaaaaa……….hhhhhh….” dia klimaks untuk kedua kalinya. AKu cabut penisku dari lubang vaginanya, aku lihat cairan bening semakin banyak meleleh dari vaginanya. Tubuhnya melemas dan lunglai ketika aku lepaskan. Navasnya tersengal, pakaian dan jilbabnya kusut tak karuan. Keringat membuat pakaian dia yang tidak dilepas sama-sakeli menjadi basah. Namun dia memang wanita yang pandai merawat tubuhnya, bahkan keringatnya pun harum sekali baunya. Setelah aku biarkan dia istirahat beberapa menit sambil meresapi orgasme untuk keduakalinya. Kemudian Aku merubah posisi permainan, dengan duduk di sisi tempat tidur dan Resty kutarik duduk menghadap sambil mengangkang pada pangkuanku. Aku menempatkan penisku pada bibir kemaluan Resty yang tampak pasrah dengan perlakuanku, Lalu aku mendorong sehingga kepala penisku masuk terjepit dalam liang kewanitaan Resty, sedangkan tangan kiriku memeluk pinggul Resty dan menariknya merapat pada badanku, sehingga secara perlahan-lahan tapi pasti penisku menerobos masuk ke dalam kemaluan Resty. Tangan kananku memeluk punggung Resty dan menekannya rapat-rapat hingga kini badan Resty melekat pada badanku. Kepala Resty tertengadah ke atas, pasrah dengan matanya setengah terkatup menahan kenikmatan yang melandanya sehingga dengan bebasnya mulutku bisa melumat bibir Resty yang agak basah terbuka itu.Dengan sisa tenaganya Resty mulai memacu dan terus menggoyang pinggulnya, memutar-mutar ke kiri dan ke kanan serta melingkar,

Sehingga penisku seakan mengaduk-aduk dalam vaginanya sampai terasa di perutnya. Karena stamina yang sudha terkuras dengan dua klimaks yang didapatnya, goyangan Restys emakin melemah. Aku pindahkan kedua tanganku ke arah pinggannya dan tanganku mulai membantu mengangkat dan mendorong pinggul Resty agar terus bergoyang. Aku ihat penisku timbul tenggelam dibekap lubang vaginanya yang hangat. Rintihan tak pernah berhenti keluar dari mulutnya. “shh…ah…sshhh…ahhh..” Goyangannya teratur, setelah sekian lama dengan posisi itu, Resty mulai bangkit lagi libidonya, dengan tenaga sisa dia mulai membantu tangaku dengan menggerakkan pinggulnya lebih cepat lagi. Kedua tangannya kini merangkul kepalaku dan membenamkannya ke kedua gunug kembarnya yang besar dan halus. Aku tahu dia akan mengalami klimaksnya yang ketiga. Aku kulum dan lumat payudaranya, kepala Resty menengadah merasakan nikmat yang tiada tara atas rangsangan pada dua titik tersensitifnya. Tak berselang kemudian, Resty merasaka sesuatu yang sebentar lagi akan kembali melandanya. Terus…, terus…, Resty tak peduli lagi dengan gerakannya yang agak brutal ataupun suaranya yang kadang-kadang memekik lirih menahan rasa yang luar biasa itu. Dan ketika klimaks itu datang lagi, Resty tak peduli lagi, “Aaduuuh…,

eeeehm..ahh…kaa..kk…aahhh…”, Resty memekik lirih sambil menjambak rambutku memeluknya dengan kencang itu. Dunia serasa berputar. Sekujur tubuhnya mengejang, terhentak-hentak di atas pangkuanku. Kemudian kembaliku gendong dan meletakkan Resty di atas meja dengan pantat Resty terletak pada tepi dipan dan kasur, kedua kakinya terjulur ke lantai. Aku mengambil posisi diantara kedua paha Resty yang kutarik mengangkang, dan dengan tangan kananku menuntun penisku ke dalam lubang vagina Resty yang telah siap di depannya. Aku mendorong penisku masuk ke dalam dan menekan badannya. Desah nafasnya mendengus-dengus seperti kuda liar, sementara goyangan pinggulnya pun semakin cepat dan kasar. Peluhnya sudah penuh membasahi sekujur tubuhnya dan tubuh Resty yang terkapar lemas dan pasrah terhadap apa yang akan aku lakukan. Badan gadis itu terlonjak-lonjak mengikuti tekanan dan tarikan penisku. Resty benar-benar telah KO dan dibuat benar-benar tidak berdaya, hanya erangan-erangan halus yang keluar dari mulutnya disertai pandangan memelas sayu, kedua tangannya mencengkeram Sprei. Dan aku sekarang merasa sesuatu dorongan yang keras seakan-akan mendesak dari dalam penisku yang menimbulkan perasaan geli pada ujung penisku. Aku mengeram panjang dengan suara tertahan, “Agh…, terus”, dan pinggulku menekan habis pada pinggul gadis yang telah tidak berdaya itu,sehingga buah pelirku menempel ketat dan batang penisku terbenam seluruhnya di dalam liang vagina Resty. Dengan suatu lenguhan panjang, “Sssh…, ooooh!”,

sambil membuat gerakan-gerakan memutar pantatnya, aku merasakan denyutan-denyutan kenikmatan yang diakibatkan oleh *an air maninya ke dalam vagina Resty. Ada kurang lebih lima detik aku tertelungkup di atas badan gadis ayu tersebut, dengan seluruh tubuhku bergetar hebat dilanda kenikmatan orgasme yang dahsyat itu. Dan pada saat yang bersamaan Resty yang telah terkapar lemas tak berdaya itu merasakan suatu *an hangat dari pancaran cairan kental hangat ku yang menyiram ke seluruh rongga vaginanya. Aku melihatnya lemas dengan jilbab dan pakaian yang sudah nggak keruan bentuknya lagi. aku melihatnya menunduk sedih sambil menangis. Aku faham, gadis seperti dia tidak mungkin mudah untuk melakukan hal ini, tapi kali ini aku benar-benar membuatnya tak berdaya dan mengikuti nafsu duniawi. “Kak…” dia membuka perakapan ditengah hening kami menikmati pertempuran yang baru saja selesai. “Ya sayang…” sambil ku peluk dia. “Kakak mau tanggung jawab kan?”

“Kakak mau menikahi Resty kan?” parau suaranya terdengar.Aku tersentak aku tak menyangka kalau dia langsungmengatakan itu. Tapi aku benar-benar tidak tega melihat kondisinya yang sudah menyerahkan semuanya kepadaku. Aku pun ingin memilikinya dan mengakhiri semua kebiasan burukku. AKu berjanji meninggalkan pacarku kalau dia mau menikah denganku, kenyataannya sekarang itu sudah di depan mata.“i..iya..Res…kakak akan tanggung jawab…kakak akan menikahi kamu” sahutku. Dalam wajah sedihnya kuliah bibirnya menyunggingkan sedikit senyum. Dan kamipun tertidur dengan saling memeluk seakan berharap agar pagi tak segera hadir. Semenjak kejadian pertama ini, Resty jadi agresif dalam hal bercinta.Terkadang dia sendiri yang meminta dientot tanpa aku minta.Berbagai gaya sudah kami coba.Selang berapa tahun kemudian kami menikah dan mempunyai anak satu perempuan yang kita namai Lika. AgenBolaTeraman